Jabatan oh Jabatan

Setiap kali saya berkenalan dengan orang lain, yang tidak pernah saya tanya selain suku, agama dan ras adalah jabatan apa yang dipegang orang tersebut, biasanya saya akan bertanya jenis pekerjaan yang di lakukannya atau kantor tempat nya bekerja. Menurut saya, soal SARA dan jabatan bukanlah hal yang membuat saya akan merubah pikiran saya terhadap orang yang baru saya kenal. Toh selama orang itu baik kepada saya, apapun asal usul dan jabatannya, sudah sewajarnyalah saya juga baik terhadap orang tersebut.

Sehingga tidak jarang satu atau dua kali, ada teman saya merasa terperanjat ketika saya tidak menyebutkan ‘pak’ dan mampu bercanda seperti apa adanya dengan orang nomor satu di kantornya. Malah salah satu teman saya, pernah tertawa lebar, setelah bertahun – tahun mengenalnya, saya baru tahu, bawa jabatannya adalah eselon tiga di instansinya. Sorry mas 😀

Bukan saya tidak perduli atau tidak tahu sopan santun, tapi bagi saya, dengan mempunyai jabatan atau tidak mempunyai jabatan tidaklah ada hubungannya dengan saya.

Di kantor saya yang kecil itu sendiri, kalaulah saya bekerja keras, itu lebih pada rasa tanggung jawab saya terhadap apa yang saya lakukan, kalaulah ada apresiasi berupa kenaikkan gaji dan jabatan, saya kira itu wajar saja. Tapi bukan itu yang itu satu – satunya yang saya cari, karena kalaulah lingkungan kerja saya tidak mendukung, walaupun gaji dan jabatan saya lumayan tinggi, saya tidak segan untuk keluar dan mencari pekerjaan yang baru. Walaupun, dengan demikian, tidak saya pungkiri, dengan ada nya jabatan, tidak jarang banyak orang yang menjadi lebih respek kepada saya. Dengan catatan juga, orang – orang tersebut akan saya catat sebagai orang yang tidak bisa saya tambahkan di daftar teman saya. Mungkin hanya sebatas kenalan – orang yang saya kenal.

Jadi betapa takjub nya saya ketika di salah satu lingkungan pertemanan saya, seorang senior (sebut Mr X)yang menjadi pemimpin salah satu kegiatan, tiba – tiba ber bbm (black berry messenger) ke saya, menerangkan kalau jabatan yang tadinya ditawarkan kepada saya, diganti dengan orang lain – kita sebut Mr A. Dengan alasan takut apabila Mr. A ini tidak mau bergabung lagi, karena dia bukan leader di tim saya.  Dan juga mengatakan karena Mr A, itu punya potensi besar, sehingga sangat disayangkan sekali apabila dia tidak bergabung di project ini, Jadi Mr X mengharapkan kebesaran hati saya untuk mengalah demi mr A (dan sibuah hati LOL)

Saya yang membaca hanya bisa terpelongo :

1. karena saya tidak membaca email yang berisi daftar susunan panitia baik yang lama maupun yang baru. Jadi saya tidak  tahu posisi saya di sana.

2. karena saya merasa, whose care with that kind of position, saya mau bekerja karena saya ingin memberikan sumbangan tenaga saya, karena ini merupakan kegiatan sosial, dimana saya tidak mendapatkan imbalan apa – apa. Jadi apa gunanya dengan jabatan.

3. saya agak merasa tersinggung – tau apa mr X dengan potensi saya sehingga bisa menyangka kalau potensi mr A lebih besar dari saya, padahal saya yakin mr X belum pernah bekerja dengan saya, jadi apa yang menilainya begitu. Tapi ya sudah lah, dengan mencoba berpositif thingking, kalau mr X mungkin sudah pernah bekerja sama dengan Mr A, maka rasa tersinggung saya sedikit demi sedikit berkurang.

Dan ketika saya menjawab, saya oke saja, Mr X berusaha meminta maaf dan berterima kasih dengan pengertian saya, yang kemudian saya pikir, uhm …. untuk apa berterimakasih, wong saya benar – benar tidak perduli dengan jabatan itu.

Setelah itu saya kira hal ini sudah selesai, ternyata kemudian di bbm group Mr. A, sibuk dengan ancaman bahwa  dia akan keluar dari group etc karena takut saya tersinggung dengan jabatan yang sekarang dia pegang, walaupun saya bilang saya tidak masalah. Tapi ndidalah si Mr A tetap sibuk dengan catatan kalau dia rela leave group, dia enggak mau menyakiti etc etc. Yang membuat saya harus berusaha menyabarkan diri, karena harus tetap profesional untuk tidak marah  – please masalah nya culun sekali, kenapa sih harus ribut soal jabatan ???? Untuk saya itu termasuk kategori AMAT TERAMAT SANGAT LEBAY

Tapi dengan mencoba menjadi orang yang wise, maka tetaplah saya dengan menahan sabar, menyemangatkan Mr A untuk menjadi pimpinan, bahwa saya tidak apa – apa, bahwa saya akan mensupport etc. Dengan harapan diskusi terhadap jabatan yang membuat saya eneg – terlebih disaat saya sedang dibebanin dengan beban kerja kantor yang berjibun, bisa berakhir.  Tapi ternyata harapan saya tinggal harapan karena  Mr A mengeluarkan satu pertanyaan paling keren  – jadi apa kamu rela, kalau saya suruh – suruh ….

Jlebbbbbb … menurut saya … pimpinan bukan lah orang yang tugasnya menyuruh – nyuruh, tapi seseorang yang mau mengkoordinasi, memanage, memberikan saran, mendengarkan saran, membantu mencari solusi. Walaupun demi semangat team saya mengiyakan, bersedia di suruh – suruh oleh nya (red : bahkan bos saya, yang notabene menggajai saya, susah menyuruh saya, biasanya beliau akan meminta tolong ) , saya kemudian berpikir apa karena agar bisa menyuruh – nyuruh, maka seseorang ingin mempunyai jabatan???  Apa hanya sebatas ini fungsi jabatan? Dan apa karena jabatan kita harus ribut, tidak mau berbuat sesuatu demi organisasi? Uhm….

Setelah akhirnya Mr A, saya yakinkan untuk tetap memimpin, karena kalau tidak jadi pimpinan, beliau  tidak mau bekerja dan akan me ‘leave’ group, dan saya orang yang paling males untuk bersitegang dengan segala masalah yang saya anggap ‘tetek bengek’, saya kira hal ini akan selesai ternyata sekali lagi …. ternyata tidak saudara – saudara.

Mr X kembali ber bbm dengan saya, menanyakan keikhlasan saya. Uhmmmmmmmm… seriously, saya yang sedang ditengah – tengah meeting yang membuat kepala saya berdenyut, hampir saja melempar black berry. Untungnya saya kemudian sadar, kalau saya sangat membutuhkan blackberrry saya tersebut, sehingga keinginan melempar pun tersimpan dalam – dalam dihati saya.

Apakah sudah selesai?

Ternyata  T I D A K

ketika saya terpaksa keluar dari beberapa group di bbm, karena si black berry yang saya perlukan untuk mengkoordinasi kegiatan, mengadat terus …. si Mr A sibuk ber bbm saya menanyakan apakah saya leave group karena saya tidak mendapat jabatan.

Uhm ….. saya merasa mungkin hari itu adalah salah satu ujian terberat saya sebagai pemilik black berry. LOL  Dengan terlebih dahulu, menarik nafas, menenengkan diri, saya menjawab – sekali lagi dengan nada manis, agar tidak di cap pemarah kalau saya TIDAK TERTARIK DENGAN JABATAN 

Seriously … semuanya membuat semangat saya menjadi turun seturun nya untuk tetap terlibat di project itu. Walaupun saya berusaha tetap konsisten dengan janji saya untuk tetap membantu.

Salam

About kharinadhewayani

I am just an ordinary woman who wants to share her mind and her dreams to the world.
This entry was posted in Uncategorized and tagged , , , . Bookmark the permalink.

5 Responses to Jabatan oh Jabatan

  1. mas stein says:

    ternyata ada senior yang ngblog juga, salam kenal mbak, saya ngeblog juga walaupun kelas abal-abal. 😆

    yang sampeyan ceritakan ini kayaknya masalah klasik, di mana-mana ada, sebelum mulai kerja sudah ribut soal posisi, kemudian duit. :mrgreen:

    • kharinadhewayani says:

      salam kenal ya 😀 Nanti diriku follow deh, kan kelas kita sama masih abal – abal juga 😛
      itu memang masalah klasik – tapi kok ya dibawa ke organisasi yang enggak ada profitnya gitu loh – wong yang diperlukan bukan posisi, tapi apa yang mau diberikan ke organisasi 😀

  2. sendja says:

    tapi bener kan ga knapa2 kl ga jadi mimpin? baik2 aja kan?
    khawatir nih kl emak jd terguntjang djiwanya

    *berkelit dr bakiak terbang 😀

  3. kharinadhewayani says:

    Reblogged this on Simple mind.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s