Salah satu puisi Kahlil Gibran – yang menjadi favorit saya adalah puisi yang berjudul “Poem and Song for Children”
Anakmu bukanlah milikmu,
mereka adalah putra putri sang Hidup,
yang rindu akan dirinya sendiri.
Mereka lahir lewat engkau,
tetapi bukan dari engkau,
mereka ada padamu, tetapi bukanlah milikmu.
……
……
Bersukacitalah dalam rentangan tangan Sang Pemanah,
sebab Dia mengasihi anak-anak panah yang melesat laksana kilat,
sebagaimana dikasihiNya pula busur yang mantap.
Sudah berapa waktu ini saya membaca perdebatan tentang anak angkat, anak asuh di milist yang saya ikuti. Penuh dengan isi ayat ayat dari kitab suci. Yang kemudian saya pikirkan …. Ya ampun, apakah memang ingin nya Allah penguasa alam semesta, Tuhan yang saya kagumi, tempat dimana keadilan Nya tidak perlu di ragukan lagi …… sehingga seorang anak yang ditinggal kedua orang tuanya sedari usia dini, atau yang dibuang orang tuanya karena alasan apapun, harus juga dirumitkan dengan masalah masalah nama dibelakang namanya? Harus diributkan juga status nya sebagai anak, hak nya dalam menerima warisan.
Apakah memang ingin Nya, sehingga orang orang yang karena seijin Nya, tidak diberikan kemampuan mempunyai keturunan dari darahnya sendiri, juga dipersulit untuk memberikan cinta yang berlimpah kepada anak anak ini yang kurang beruntung, memberikan kasih sayang nya yang berlimpah agar anak anak ini menjadi seseorang yang dapat berguna bagi sekelilingnya, dan memberikan rejeki yang dimilikinya kepada anak anak yang sudah dianggap menjadi anak nya sendiri.
Ah …. saya memang bukan ahli agama, dan sayang Allah – Tuhan saya – saya yakin lebih besar dari pada yang diperkirakan orang orang, keadilan yang dimiliki oleh Beliau ….. lebih dari pada yang dipikirkan oleh orang orang yang menafsirkan ucapan Nya.
Saya kemudian, berpikir, mengapa saya harus terpengaruh? Mengapa saya harus membiarkan orang lain merebut apa yang dirasakan orang orang yang terdekat dengan saya. Mengapa saya harus takut oleh ancaman masuk neraka, karena hal hal yang saya yakin kebenarannya, mengapa saya harus takut ancaman dituduh tidak tahu agama. Mengapa saya harus mempertaruhkan seorang anak yang merupakan anugrah terindah dalam keluarga besar saya, dan keluarga kecilnya hanya karena mereka mereka yang mentutup mata hatinya, Mereka mereka yang hanya bisa membicarakan tentang larangan dan ancaman setiap kali berbicara tentang Tuhan dan bukan berbicara tentang cinta dan kasih sayang, tentang maaf dan berbagi, tentang syukur dan anugrah, tentang keadilan dan kearifan Nya.
Itu yang kemudian sering kali membuat manusia melakukan hal hal yang sering sekali menurut saya tidak masuk akal. Menganggap dirinya bukan perempuan yang berguna dan sempurna ketika tidak mampu mempunyai anak – padahal Allah tidak pernah “memproduksi sesuatu yang tidak berguna dan tidak sempurna.” , karena dimata beliau, setiap kita adalah gambaran Nya – yang diciptakan sesempurna gambaran Nya dan berguna bagi mahluk hidup sekelilingnya.
Betapa adilnya Beliau – yang ketika mencabut kemampuan seseorang untuk mempunyai keturundan dari darahnya sendiri, dibukakan mata, hati dan telinga untuk melihat anak anak yang merindukan orang tua nya.
Betapa adilnya Beliau anak anak ini yang tidak mengerti apa yang harus mereka lakukan, yang tidak tahu nasibnya, bisa berubah masa depannya, yang merindukan keluarga dapat merasakan kehangatan keluarga yang dirasakan oleh teman teman nya.
Apakah mengangkat seseoran anak adalah perbuatan yang salah? Apakah harus menutup mata terahadap anak anak ini? Apakah anak anak ini tidak berhak merasakan kehangatan yang sama seperti anak anak lain? Apakah orang orang yang mengangkat anak ini, nantinya akan dihukum karena mencurahkan cinta yang luar biasa mereka punya untuk anak anak yang kurang beruntung. Apakah Tuhan se kejam itu?
Apakah orang tua yang membuang anak nya …… lebih baik dari pada orang yang menggangkat dan mengasuh anak orang lain seperti anak kandungnya sendiri.
Apakah orang orang yang mandul – memang tidak diperbolehkan merasakan hangatnya kehadiran seorang anak?
Apakah anak anak yang kehilangan orang tuanya sedari dini dengan alasan apapun – memang harus dihukum tidak diperbolehkan merasakan rasa cinta dan kehangatan orang tua – tidak diperbolehkan merasakan kasih sayang sebuah keluarga?
Mungkin seperti kata kata Buya Hamka – “Hidup itu sederhana – yang rumit itu tafsirannya”
Kita sering sekali memang merumitkan kehidupan, kita sering sekali mengecilkan keadilan Tuhan, ataupun meremehkan kemampuan Nya .
Ah entahlah … saya sendiri tetap saya … yang tetap berpikir Gusti Allah mboten sare – Tuhan tidk pernah tidur …
saya tetaplah saya …. yang berpikir …. saya belum mempunyai keturunan sampai di umur saya yang sebanyak ini, karena Tuhan saya yang luar biasa berkahnya menginginkan saya memberikan nya kepada anak anak di luar sana, yang membutuhkan cinta dan kasih sayang seorang ibu seperti saya.