Resisten atau pembelaan diri?

Salah satu training yang pernah saya ikuti adalah Leadership Training, dimana training ini meminta saya untuk menuliskan apa yang akan saya raih sampai akhir training, kira kira selama 12 minggu deh. Yang tentu dengan senang hati saya tulis termasuk salah satunya adalah yang banyak diusulkan orang orang (mungkin karena melihat saya yang masih sendiri saat ini, di usia yg sebanyak ini :-D)

Mula mula sih tentu bagi saya hal ini cukup menyenangkan, challenge yang besar, yang membantu saya bertemu dengan orang orang baru di luar teman kampus, atau teman kerja saya.

Ketika sampai dengan minggu ke 5,  saya belum berhasil menarik perhatian cowok sedunia, mulailah datang saran kepada saya, kalau saya sebaiknya mulai berdandan – menggunkan make up setiap saya keluar rumah, dan ada pertanyaan yg paling fantastis – apakah saya senang ke salon. Guuuubbbrrrraaaakkkkkk, untuk orang orang yg dekat dengan saya tentunya ini pertanyaan paling lucu, karena minimal sebulan sekali saya ke salon. Itu sudah jadwal pasti saya. Selain itu karena kulit wajah saya sensitif, maka saya terdaftar jadi salah satu member pusat perawatan kulit, saya kira itu cukup menunjukkan saya pingin kok terlihat cantik 😀

Sempat terlintas dalam hati saya, apakah karena saya tidak menarik, jadi di suruh ke salon, dan menggunkan make up biar kelihatan cantik dan disukai oleh banyak orang.  Sempat juga beberapa saat saya merasa menjadi mahluk paling jelek seluruh dunia dan kehilangan kepercayaan diri. LOL Sampai akhirnya saya sadar, itu feedback – informasi yg memang sebaiknya saya dengar, dan coba, walau untuk make up – saya akhirnya harus merelakan kulit saya yg sensitif yang enggak boleh pake apa apa, agak jerawatan sedikit demi untuk mencoba memakai make up, demi untuk memikat hati laki laki di luar sana, agar tertarik dengan saya.

Nah, kemudian tibalah hari ketika ternyata, belum juga ada satu laki laki pun yang mau menerima saya. Kepercayaan diri saya kembali jatuh di titik nol bahkan minus hahahhahahahhahahhaaa (lebay.com). Karena saya juga diajarkan untuk berani meminta support (yang memang menjadi salah satu weakness saya), maka dengan sepenuh hati, kembalilah saya meminta feedback kepada grup kecil saya.

Hasil yang saya dapat, sungguh sebenarnya membuat saya menyesal meminta support (victim story LOL), bahwa saya harus menghilangkan trauma trauma saya terhadap lelaki, dan menghilangkan belief saya tentang merela.  Jleeeeebbbbbbb
Saya tentu saja seperti biasa, kalau merasa itu tidak saya rasakan, menjelaskan kepada mereka  (yang lagi lagi adalah kesalahan  fatal ke dua yang saya lakukan ) – bahwa saya tidak merasa trauma – ini terbukti, tidak ada mantan mantan saya yang menjadi musuh saya saat ini, saya bahkan bisa ngobrol tanpa merasa marah kepada mereka – termasuk mantan teman hidup saya.

Jawaban saya itu kemudian dianggap mencerminkan tentang keresist an saya terhadap usulan mereka. Dianggap bahwa saya tidak mau mengakui apa yang terjadi karena result show all, and result never lie. Jleeeeebbbbb. Semakin lama saya membantah, semakin saya dianggap tidak mau mengakui. Semakin saya membantah, semakin semua meyakinkan bagaimana saya mengingkari apa yg terjadi (padahal, saya bermaksud, agar mereka mencoba menggali masalah saya yang lain). Dan akhirnya sampai pada keputusan saya harus mau berkencan dengan 3 orang laki laki di group besar saya, dan harus dengan orang yang saya paling resist.

Seperti yg sudah saya bayangkan, kembali saya dituduh resist, dituduh stubborn ketika saya mengatakan tidak ada satu pun pria di group besar yang saya resist, saya berteman baik dengan mereka semua, bisa bercanda dengan baik, dan kalau mereka bilang harus stretchy, saya jadi pembohomg besar kalau saya katakan apa yg mereka challenge ke saya adalah stretchy, dan itu enggak fair menurut saya.

Ya, lagi lagi saya dianggap resist, dianggap saya tidak mau melihat fakta di diri saya, kalau saya masih trauma, dan masih banyak belief yang jelek tentang cowok di hati saya. Guuuuuubbbbbraaaaaaaaakkkkkkk. Akhirnya, karena saya memang sudah malas dianggap resist dan stubborn, dan hanya alasan karena  sya sebenarnya tidak berani menerima challenge, saya pasrah menerima  3 nama yg saya usulkan, dan menjakan nya.

Dan memang  pria yang ditunjuk untuk makan malam  ber sama saya, tidak merasa
saya punya masalah, karena saya bisa ngobrol panjang, bercanda seolah olah tidak ada,masalah. Dan mereka merasa bingung, ketika saya mengatakan kriteria, mereka terpilih karena bagi saya pasti paling stretchy kalau ngobrol dengan  mereka mereka ini Karena memang saya tidak terlihat merasa kikuk atau kesel atau tidak tau berbicara apa. Saya bisa ngobrol tanpa henti hahahhahahahahahahaha

Saya memang merasa tidak punya masalah untuk berbicara dengan siapapun, dan saya tidak tahu apakah result show my actions itu juga berlaku dalam relationship? Saya tidak tau mengapa jodoh saya belum datang sampai saat ini, dan saya tidak trauma atau mempunyai belief yang jelek terhadap pria.  Tapi kalau saya ditanya apakah saya mempunyai belief yang jelek tentang orang tua dari pria yang mendekat saya, ya saya punya trauma yg besaaaaaaaaaarrrrrrrrrrrrr buaaannnnnnnngeeeeet.

Saya takut ditolak karena status saya dan status orang tua saya, saya takut ditolak karena tidak bisa memberikan keturunan, saya takut sekali. Ini yang membuat saya lebih nyaman untuk hanya sebatas teman jalan, atau merasa nyaman dengan pria yang tidak lebih muda dari saya atau setidaknya mempunyai anak. Itu yang saya rasakan.

Saya merasa tidak resist dan juga tidak membela diri. Tidak sama sekali. Saya hanya menjelaskan agar masalahnya jelas, sehingga saya jadi mengerti apa yang tidak efektif saya lakukan.

Walaupun uhm, tetap terdengar saya adalah korban keadaan hahahahhahahhahaha.

Tapi  kemudian saya mencoba berpikir  dari sisi  yang  lain,  mereka toh belajar dari theory, your result show  all.  Saya tidak punya  pacar bahkan  sampe 3 bulan juga tidak ada yg mendekati saya, berarti ada yang tidak efektif yang  saya lakukan.

Dan sampai trai ning ini selesai, saya tetaplah “high quality jomblo” , hahahahaha, dan saya juga belum  tau, apa yang harus saya lakukan, apa yang tidak efekt if  yang  saya telah lakukan.  Dan  saya sempat kemudian bertanya dalam hati kecil saya, jangan jangan saya memang harus  operasi plastik,  biar  cantik seperti perempuan perempuan  di luar sana. Hahaahahahahaha

Tapi apapun itu, intinya memang lebih susah untuk membedakan, yang mana yang  resist dan yang, mana yang membela diri – karena keduanya  hampir sama tapi beda maknanya.  Dan juga untuk orang orang  sekitr kita, pasti lebih sulit untuk menmprediksi apakah kita sedang membela diri atau resist. Dan bagi saya, sulit bisa dipahami, mengapa event untuk relationship juga berlaku hukum your r esult show it all, karena bukan kah ada kata  kata lahir, hidup,  jodoh dan mati itu di tangan Tuhan

PS: yup saya tau, kalau statement ini saya sampaikan, past i  akan ada teriakkan “VICTIM STORY”  hahahhhhahahaaha

2nd PS : kalau ada yg tau trick bagaiman Sophia Latjuba yg berumur 44 tahun, bisa, merebut  hati Ariel ex Peter Pan, yang berumur 30 tahun,  let me know ya – siapa tau bisa saya tiru tipa and triks nya.  LOL

About kharinadhewayani

I am just an ordinary woman who wants to share her mind and her dreams to the world.
This entry was posted in Uncategorized. Bookmark the permalink.

2 Responses to Resisten atau pembelaan diri?

  1. sendja says:

    Masalahnya cuma satu…emak terlalu cerdas jd bikin laki2 pd minder 😀

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s