Se umur saya yang sebegini ini, sudah tidak terhitung berapa banyaknya saya seperti di atas. Berdoa tapi tidak percaya, sembahyang tapi tetap meragukan. Saya seperti merasa Tuhan “mengkhianati” saya, seperti merasa Tuhan tidak sayang dan tidak perduli. Dan anehnya saya walaupun begitu, tetap masih berdoa, tetap masih sembahyang. Kalau dipikir pikir tidak tau dimana logika saya sebenarnya waktu itu.
Setelah berdoa atau sembahyang, saya masih mengeluh merasa orang paling susah sedunia. Masih merasa tidak akan ada yang menolong, masih tidak percaya akan ditolong.
Dan anehnya fenomena yang sama juga dilakukan oleh banyak teman teman saya – berdoa tapi tidak percaya, sembahyang tapi tetap meragukan. Malah yang kemudian lebih hebat lagi – mencari cari “orang pintar”, meminta untuk dibantu. Yakin bahwa si “orang pintar” ini akan bisa menolong. Mereka rela mengeluarkan uang sebanyak banyaknya untuk memecahkan masalah mereaka secara gaib. Anehnya malah justru, hidupnya malah menjadi lebih adem dan ayem setelah bertemu si dukun di banding setelah berdoa atau sembahyang 😀 Padahal mereka berpendidikan tinggi dan beberapa di setiap pembicaraan nya menyebutkan nama Tuhan 😀
Sampai suatu kali saya kemudian iseng iseng mencoba memposisikan diri sebagai Tuhan (atau tepatnya mendudukkan Tuhan di posisi manusia. Dan saya kemudian menyadari, saya tentulah akan marah sekali ketika ada orang yang meminta kepada saya, tapi masih mengeluh dan tidak percaya. Meminta kepada saya , tapi setelahnya kemudian malah mencari cari manusia lain (mahluk yang saya ciptakan dan kekuatannya jaaaaaauuuuuuhhhhh di bawah saya), dan merasa lebih lega setelah bertemu mereka daripada setelah bertemu saya 😦 Kalau saya jadi Tuhan, ngapain juga orang seperti itu saya bantu. Ngapain juga saya mendengarkan apa yang diminta. Ngapain juga saya perduli. Dalam hal ini tentulah saya pasti akan merasa dikhianati.
Kemudian saya mulai berpikir, sebagai manusia, sudah berapa sering ini saya lakukan? Berapa sering saya meremehkan Tuhan, dan malah menipu Nya dengan berpura pura berdoa atau sembahyang tapi jauh dari lubuk hati sebenarnya saya hanya sekedar menjalankan kewajiban. Saya membohongi diri saya dan membohongi Tuhan saya. Wajarlah kemuudian kalau banyak permintaan saya tidak di kabulkan Nya, karena Dia menginginkan saya untuk datang pada Nya karena iman saya. Saya datang pada Nya karena cinta saya dan karena saya percaya.
Tentu saja, bukan berarti bahwa setelah berdoa atau sembahyang saya kudu diem, enggak melakukan apa apa. Saya tetap harus melakukan sesuatu atau menerima dan memberikan pertolongan kalau ada support yang saya butuhkan atau ada support yang bisa saya berikan. Tapi melakukannya dalam keadaan yang saya yakin apapun hasilnya Tuhan akan ada bersama saya dan meyakini itu yang terbaik untuk saya. Toh sebagai pencipta – Beliau lebih tahu apa yang terbaik buat saya. Apa yang paling indah buat saya. Bukan malah kalau hasilnya bagus, saya percaya Tuhan, kalau hasilnya jelek, saya marah marah – mengeluh dan mencari “tuhan tuhan baru”.
Saran saya sebaiknya ya berlaku adil lah – kalau percaya Tuhan ya percaya seutuhnya – yakin setelah meminta dan kemudian dengan berdoa dan sembahyang pasti Dia – Sang Maha Kuasa, akan mengabulkan. Kepada Nya kita 100 % menyerahkan diri apapun itu hasilnya. Karena Dia paling tahu apa yang terbaik.
Atau kalau tidak percaya – ya sudah berhentilah untuk berdoa dan bersembahyang – carilah mana yang dipercayai. Jangan ikut trend, jangan sekedar karena kewajiban, jangan karena di suruh, jangan karena hanya sekedar takut neraka.
Karena seperti juga orang hamil – tidak ada setengah hamil, Kepercayaan juga begitu, kamu percaya atau tidak percaya. Enggak ada yang namanya setengah percaya.
Berdoa atau sembahyang itu bukan hanya sekedar kewajiban – tapi perlu keimanan di sana, perlu keyakinan. Kalau kita aja enggak yakin Tuhan akan mengabulkan doa, bisa menolong, ya bagaimana Beliau sang Maha Hebat bisa membantu?
Dan saya yakin Tuhan juga tidak pernah memaksa agar kita mempublikasikan kepada seluruh masyarakat umum bahwa kita adalah manusia yang taat atau manusia yang beriman. Jadi untuk apa membohongi Tuhan, membohongi diri sendiri? Atau karena takut masuk neraka – tapi pikirkan sekali lagi (kalau memang melakukan sesuatu karena memerlukan imbalan berupa pahala – biar masuk surga :D) apakah dengan berdoa atau sembahyang tanpa iman, tanpa kepercayaan akan tetap dihitung oleh Tuhan ? Apakah sebegitu naifnya Tuhan? Beliau maha Tahu, Beliau tidak pernah tidur. Beliau tidak perlu basa basi, beliau hanya perlu cinta dan keyakinan kita sepenuh hati. Hanya itu saja. Tuhan tidak rumit tapi kita manusia ini yang sering membuatnya menjadi rumit.
Karena doa membutuhkan iman dan iman membutuhkan kepercayaan.
Salam