Dua atau tiga minggu lalu, kakak saya tercinta meminta saya datang ke rumahnya. Dan tentulah saya pasti mengabulkan nya, selain karena penasaran – mengapa tiba tiba meminta saya datang – saya juga kangen beliau.
Yang berbeda dari biasanya, karena ketika kakak saya datang (kakak sedang keluar ketika saya sampai di rumahnya), beliau membawa bunga dan mengajak saya mengobrol dari hati ke hati dengan saya di kamarnya. Menurut kakak saya – banyak yang menghalangi langkah saya terutama jodoh, karena saya juga banyak menyakiti hati orang lain. Banyak luka luka yang saya timbulkan di hati hati orang lain. Yang mungkin tidak saya sadari, membuat orang orang tersebut marah dan dalam marahnya mungkin dengan tidak sengaja ‘mendoakan’ yang membuat jalan saya terhambat.
Dan mereka juga mungkin tidak ingat untuk memaafkan saya.
Saya hanya terdiam, dan mulai berpikir – berapa banyak orang yang sudah saya lukai? Berapa banyak yang merasa sakit hati karena saya? Berapa banyak luka yang saya timbulkan? Bagaimana mengobatinya? Dan bagaimana agar mereka mau memaafkan saya?
Kata kakak saya, Tuhan bukan menghukum saya karena itu, tapi Tuhan juga pingin saya sadar dan minta maaf. dan karena ibu adalah orang yang dianggap Tuhan pintu doa, maka saya selayaknya meminta maaf semuanya kepada ibu saya. Saya harus meminta maaf, kepada beliau secara sungguh sungguh dengan mencuci kakinya dengan air dan meminum air cucian kaki tersebut.
Karena tahu dengan sikap saya dulu dulunya, yang selalu menjaga image (hahahahhaah yup I was a worse person before), malah kakak saya bilang, kakak juga akan melakukan yang sama. Jadi saya enggak merasa malu melakukan itu sendiri (you see – why I love her so much :)) Padahal sungguh, kalau itu diminta bertahun tahun lalu, saya pasti marah, tapi sekarang saya tidak merasakan malu untuk mencuci kaki ibu saya dan meminumnya. Ibu – mama saya yang tercinta – memang orang yang paling sering saya sakiti hatinya. Dan saya harus mengakui itu. Mencuci kakinya, dan meminumnya, tidak akan merendahkan saya. Tidak juga bisa mengobati luka yang saya sering torehkan kepada beliau.
Maka jadilah saya mencuci kaki ibu – mama saya tercinta, sambil berkata “Mama, maafkan Ade ya, mohon doakan biar jodohnya Ade lancar, biar rejekinya lancar, sekolahnya lancar”. Mama saya, adalah mama saya, yang tidak akan menangis mendengar perkataan saya – hanya berkata, iya mama maafkan, iya selalu mama doakan setiap saat. (tapi saya tahu, beliau pasti terkejut sekali, karena saya mau melakukannya :D)
Dan untuk pertama kalinya, saya ingin banget menangis di depan ibu saya. Sudah berapa lama saya tidak menangis di depan beliau …. lama banget. Saya memang sering sombong, sering merasa lebih kuat, lebih hebat dari beliau. Padahal – yang melahirkan saya adalah beliau. Tanpa beliau, saya tidak akan bisa berdiri di sini.
Padahal ibu saya sangat sayang kepada saya, tetapi seperti ibu ibu sempurna yang dimiliki orang lain, karena beliau mencintai saya dengan caranya – contoh nya—- waktu saya minum cucian kaki ibu saya – ibu saya sempat khawatir kalau air yang saya minum adalah air dari keran yang belum matang hahahaahahhaahaha (mom I am an adult now hahhaahahaaha)
Ritual ini mungkin hanya ritual bagi sebagian orang. Tapi di sana saya belajar banyak, untuk pertama kalinya duduk dibawah kaki ibu, mencuci kakinya dan mohon maaf atas apa yang saya lakukan serta mohon ijin diringankan langkah saya, membuat saya benar benar menjadi merasa ringan. Nyaman sekali ketika mendengar ibu saya mengatakan beliau memaafkan saya. Nyaman sekali mendengar beliau mau memberi ijin dan mau mendoakan saya. Nyaman mendengarnya langsung, daripada hanya sekedar menduga.
Saya percaya – maaf, ijin dan doa ibu saya, akan memperingan jalan saya dan akan membantu membuka hati orang orang yang pernah saya sakiti hatinya – untuk mau memaafkaan saya.
Selain itu tidak lupa lewat tulisan saya ini, saya juga ingin menyampaikan permintaan maaf saya dari lubuk hati saya yang terdalam, kalau ada kesalahan yang saya perbuat yang menyakiti hati. Saya tidak bisa menghapusnya, saya telah melakukan kesalahan dan saya berusaha tidak akan mengulanginya. Tegurlah saya, marahilah saya apabila saya terlupa dan melakukannya kembali.
Salam