Pernah mendengar tentang rencana pembangunan gedung baru DPR/MPR yang biaya nya dianggarkan menelan trilyunan rupiah? Dimana di gedung baru tersebut rencanaya akan mempunyai fasilitas kolam renang, spa, dan fitness center. Di salah satu tv swasta kemudian diadakan semacam debat publik antara salah satu anggota DPR/MPR tersebut dengan masyarakat lewat telefon dan dua orang anggota LSM.
Dan sang wakil rakyat bersikukuh mengatakan kalau mereka membutuhkan gedung baru tersebut agar mereka dapat bekerja lebih maksimal. Dan senyum serta pendapat sang wakil rakyat tidak berubah ketika ada masyarakat yg mempertanyakan, di mana hati nurani nya ketika merencanakan pembangunan gedung tersebut ketika rakyat yang nota bene diwakilinya, masih banyak yang tidak memperoleh fasilitas kesehatan yang layak?
Melihat gaya dan tingkah laku sang wakil rakyat, keinginan saya untuk menyiramkan air ke wajahnya mulai timbul. Mungkin dengan siraman sedikit air ke wajahnya, dia akan sadar dengan status dan kedudukannya sebagai W A K I L R A K Y A T, dan bukan wakil dari organisasinya atau wakil dari ego dirinya.
Tapi kemudian perasaan saya menjadi “agak” adem ayem, ketika akhirnya gedung tersebut (ditunda?) tidak jadi dibangun. Pikiran positif saya mengatakan mungkin akhirnya mereka kembali ke jalan yang lurus. 😀
Kemudian … apa yang terjadi saudara2x? Kembali wakil – wakil rakyat ini melakukan kegiatan baru “jalan – jalan ke luar negeri gratis” dengan mengatas namakan studi banding!!!!!!!!!!! Dan apa yang mereka pelajari di sana? Apakah tentang masalah rakyatkah, bagaimana mengeluarkan rakyat Indonesia dari kemiskinankah? TENTU TIDAK … yang di banding – studikan adalah tentang : PRAMUKA, ETIKA etc!!!!!!!!
Dan kegiatan ini tetap dilakukan walaupun beratus – ratus protes di suarakan oleh rakyat yg diwakilinya, dengan alasan yang cukup sepele, mereka BUTUH, melakukan itu. Uhm…… Sadarkah mereka, biaya yang mereka keluarkan untuk berpergian gratis ini bisa dipergunakan untuk membantu mengurangin biaya rumah sakit, membangun kelas – kelas untuk sekolah, modal untuk usaha kecil dan lain – lain yang bisa membantu mensejahterakan rakyat?
Kemudian saya mulai bertanya kembali, dimanakah kepala dan hati nurani dari para wakil rakyat ini sebenarnya? Bagaimana mereka yang tidak punya hati nurani dan keberpihakkan kepada masyarakat kemudian bisa terpilih jadi wakil rakyat?
Dan hati saya kemudian kembali teriris – iris ketika ketua dari wakil rakyat ini kemudian mengeluarkan statement yang tidak berhati nurani terhadap bencana yang terjadi pada rakyatnya. Bapak Ketua DPR yang tercinta ini, mengertikah beliau akan kedudukkannya? Taukah beliau, kondektur yang saya temui tadi pagi, yang tidak bersekolah itu, yang hidup dijalanan masih bisa menyatakan empatinya terhadap musibah yang sedang menimpa bangsa.
Ini kemudian menjadi puncak kemarahan saya terhadap wakil – wakil rakyat terhormat yang saat ini, pada saat seluruh bencana sedang melanda negara ini, mungkin sedang sibuk memikirkan jalan2x gratis ke luar negeri mana lagi sembari berfitness ria dan dilanjutkan dengan spa setelahnya. Setidaknya ketika mereka tidak sanggup untuk memikirkan solusi apa – apa untuk membantu mengatasi masalah negara, cukuplah ketika mereka membuka hati nurani nya untuk melihat keadaan rakyat yang mereka wakili.
Uhm …….
Kemudian saya mulai berpikir dan menghitung …….
Dan saya kemudian menjadi panik .
Ternyata mungkin saya (dan seluruh rakyat Indonesia) musti sesegera mungkin mencari cara untuk mempersiapkan cara untuk mengobati hati karena ternyata wakil – wakil rakyat yang tidak berhati nurani ini masih harus saya lihat keberadaannya dan saya dengar kebodohannya untuk beberapa tahun ke depan hingga pemilihan umum berikutnya datang.
ARRGHHHHHHHHH !!!!!!!!!!