Suatu siang saya terperangah karena pembicaraan teman saya tentang adiknya yang berpacaran. Dia memaksa sang adik untuk cepat – cepat menikah saja. Karena menurut teman saya ini, dia sangat khawatir dengan gaya berpacaran sang adik, maklum lah si pacar itu adalah seorang janda yang pastilah sudah berpengalaman.
Terus saya bertanya, apa salahnya dengan janda? Dia bilang ya taulah seorang janda kan pastilah sudah berpengalaman dengan seorang pria. Pasti gaya pacaran nya tidak mungkin sama dengan seorang gadis yang belum pernah menikah. Apalagi gaya pacaran itu dilakukan dirumahnya, didepan orang tuanya. Menurut dia, karena si pacar itu seorang janda tentulah dia kurang perduli dengan tata krama di rumah orang,
Kemudian salah seorang teman yang juga ada disana mengatakan, bahwa bisa diingkari baik janda maupun duda pastilah mereka ini lebih permisif karena sudah pernah berhubungan intim dengan orang lain, sudah lebih mengetahui tentang tubuhnya dan keinginan biologisnya.
Dan saya ….. merasa seperti de javu. Mendengar kata – kata yang sama, dipandang dengan sisi yang sama, dianggap dengan pemikiran – pemikiran yang sama. Bedanya, hanya suasana dan status hubungan saya dengan orang – orang yang berbicara dengan saya. Selebihnya? Sama.
Menurut saya, tidak ada orang yang ketika menikah di dunia ini, pingin bercerai, dan pastilah juga kebanyakkan orang tentulah menginginkan pernikahan yang sekali seumur hidup. Tapi kadang – kadang ternyata untuk beberapa orang seperti saya, ternyata tidak lah semudah itu. Perceraian menjadi solusi terbaik diantara yang terburuk.
Di negara saya yang tercinta yang patrialis ini, hidup dengan status duda itu jauh lebih mudah dari pada dengan status janda, karena seringnya dengan status janda berarti membuat hidup menjadi seperti di neraka dunia. Semua cap negatif seolah – olah memang menjadi embel – embel yang pasti dengan otomatis menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari status tersebut. Tidak perduli sebaik, setulus, sesopan apapun yang kita lakukan. Karena sering sekali kacamata yang dipakai untuk melihat saya dan perempuan – perempuan lain yang berstatus sama adalah kacamata hitam, jadi apapun yang diperbuat akan selalu tampak sama, hitam – negatif. Bahkan khusus untuk janda sudah disematkan warna khusus ….. UNGU – warna janda. Uhm…….
Tidak sekali dua kali saya menerima caci maki dari perempuan – perempuan yang menyangka saya mau menggoda dan merebut suaminya (walaupun saya sering juga tidak tahu siapa sang suami) dan tidak jarang bapak – bapak yang beristri mengajak saya ‘tidur bersama’, dan menganggap saya sok jual mahal ketika saya menampik tawarannya. Padahal saya tidak pernah berusaha menggoda mereka dan saya tidak juga tertarik dengan mereka.
Tidak sekali dua kali juga saya dianggap perempuan liar yang kerjanya hang out setiap malam dan kemudian tidur dengan setiap laki – laki yang saya temui. Padahal, hidup saya seringnya di kantor, di Mall , atau kalau malam minggu pastilah saya lebih sering di depan televisi menonton drama – drama korea yang mengharu biru dan sendirian. Kalaulah sekali dua kali saya hang out, pastilah bersama teman – teman terdekat saya.
Atau tidak sekali dua kali juga saya mendengar lelucon – lelucon dari sekeliling saya, tentang janda nakal yang menggoda semua pria. Atau joke – joke yang tidak lucu tentang bagaimana buruknya kehidupan seseorang karena menikahi seorang janda, terutama apabila mempelai pria tidak pernah menikah sebelumnya.
Yang paling parah ya kalau saya diharuskan oleh orang (Indonesia) yang ingin menikahi saya untuk bertemu dengan keluarganya, karena sesopan apapun saya, tetap saja saya dianggap seseorang yang yang tidak layak. Atau saya dianggap orang yang akan menjerumuskan anak mereka menjadi orang yang berada di jalan sesat, sehingga solusinya kalau si anak benar – benar cinta, harus secepatnya menikah, dari pada terjadi hal – hal yang menurut mereka pastinya saya inginkan.
Dan semua dugaan – dugaan negatif itu tentu saja terkait dengan status saya. Sehingga kadang – kadang saya berpikir apakah status saya itu memang mengharuskan saya untuk menerima hukuman – hukuman seperti ini.
Saya tidak menampik kalau banyak janda – janda melakukan hal – hal negatif seperti yang dibicarakan, merebut suami orang, genit, agresif, liar, tidak sopan dan lain –lain. Tapi saya juga tidak jarang melihat perempuan – perempuan yang bersuami atau yang belum menikah juga melakukan hal yang sama.
Dan kalau mau membuka hati dan mata, pasti bisa melihat banyak melihat banyak janda- janda yang hidupnya baik – baik sangat. Bekerja keras untuk menghidupi dirinya dan keluarganya. Enggak berpikir macem – macem dan melakukan hal – hal yang katanya melanggar norma – norma masyarakat. Sehingga menurut saya, semua tergantung dari masing – masing pribadi orangnya dan bukan statusnya.
Tapi kalaulah memang status saya dan perempuan sejenis saya merupakan aib dan mengganggu dinamika sosial masyarakat, maafkanlah kami dan masa lalu kami. Tapi kemudian terimalah kami apa adanya kami, perlakukan lah kami lebih manusiawi, lihat kami dengan kacamata yang lebih terang, atau lihat lah kami bukan mulai dari status kami.
Salam
Mungkin beberapa janda di masa lalu melakukan hal-hal negatif.Atau beberapa orang pernah trauma hebat dengan ulah sang janda. Namun mengherankan, perilaku buruk itu kok masih disimpan dalam alam bawah sadar kebanyakan orang ya? Semoga sabar menghadapi stigma yg gak ngenakin banget ini Mbak 🙂
iyah sabar kok 😀
saya juga diasuh oleh nenek sedari kecil,ia janda 9 anak,sendiri ia menyekolahkan anak sebanyak itu,sungguh ironis bila sesama makhluk yang dicintai Tuhan yg menghinakan sesamanya.
hebat ya neneknya. Salut saya.
Saya tau mbak Kharina kuat memanggul status itu (walaupun sesekali ‘rocker juga manusia’ ya :D). InsyaAllah setiap makhluk diciptakan berpasangan dan semoga mbak segera di-perjumpakan dengan sang arjuna. Dan saat itu tiba pastikan undangan acara-nya ada di layar monitor ini ya.. 🙂
salam…
Aamiin …. pasti dong bakal diumumin, jangan lupa ya kadonya. Thanks a lot. Salam kembali 😀
pacar jg janda,2 anak.sales.cerai,krn exnya tk.mukul istri.ga mau biayai 2 anaknya.anak bungsunya 2,5 th.Sejak si bungsu msh 10 bln,dia sdh mandiri.kerja cr uang utk ke-2 ankanya dan 75% kbthan ortunya.dia sdh cerita pahit getirnya,pernah skali terjatuh.km cm ketemu 2 kali.terakhir dia bw anak2nya,tp sy blm boleh ke rmh.dia penah suruh sy cr yg lain.sy g mau.dr status bb nya terkdg terlihat dia labil.trkdg seolah ada pria lain.mgkn dia benar2 milih lelaki.dan dia penah blng takut married lg.Km pacaran jarak jauh (600 km pp).G mdh jd janda.Ak mohon doa restu dr semuanya agar km disatukan Allah swa,mohon saran dr para mba,ibu2,apay yg hrs sy lakukan.
Kalau niat nya baik dan itu jodoh yang terbaik menurut Allah, pasti ada jalannya mas. Jangan khawatir. Aku bantu doain aja ya. Mungkin dia perlu waktu untuk nerima, apalagi karena hubungan jarak jauh yang bagi sebagian besar orang, agak sulit dijalani, karena butuh komitmen serta harus ada rasa saling percaya yang tinggi diantara kedua belah pihak. Salam
Thnx ya mba.Sy jg support dgn doa buat smua laki2 yg punya hub yg mirip dg sy.Mr kita saling mendoakan.
Aamiin.
saya punya sahabat sejak kami kecil yang sudah hampir 10 tahun ini menjadi seorang janda, dia ditinggal begitu saja oleh mantan suaminya begitu saja , yang kemudian ketahuan bahwa suaminya menikah lagi dengan seorang wanita . Teman saya itu menafkahi sendiri kehidupanya dengan berjualan , yamg memang hasilnya berlebih sehingga dapat mencukupi kebutuhannya sendiri termasuk memiliki mobil dan sebuah kios di food court. sibuk mengurus kehidupanya sendiri dan secara tidak sengaja saya bertemu denganya beberapa hari yang lalu bahwa anaknya sudah kelas 2 smp. kemudian dia pamit ingin pergi ibadah umroh bersama anaknya , subhanallah ……
Wow hebat itu. Salam ya mas sama si mbak. Salut saya. Thanks sharing nya )
mbak, terimakasih untuk sharingnya. Status saya adalah janda, memiliki anak 1. Belum bnyk orang yg tau bhw saya sdh bercerai. Sulit sekali rasanya buat saya utk menjalani hidup akhir2 ini, krn semua hrs saya kerjakan sendiri. Saya dulunya ibu rt 12 tahun, sekarang tiba2 hrs bekerja buat memenuhi kebutuhan anak saya, krn pemberian nafkah mantan suami utk anak tidak mencukupi.
Saat ini saya menjalin hubungan jarak jauh dgn duda memiliki anak. Kita jarang sekali bertemu. Rasanya sulit sekali buat saya, disaat ingin berbicara atau bertemu dgnnya, tp tidak mungkin utk dilakukan, krn hub jarak jauh, kesibukannya, dan prioritas dia thdp anak2nya. Hub kita belum serius. Saya berharap, kita bisa menjalin hub yg lbh serius suatu hr nanti, tp entah kapan, krn masalah kendala di atas. Tp sptnya jalanin aja hidup ini ya, santai dan selalu berpikir positif dan optimis!! ^_^
Sukses selalu yah, mba 🙂
Deandra sayang, kalau dekat diriku kasih pelukkan dari kakak ke adiknya. Iya saya mengerti bagaimana beratnya, karena mulai hidup dari nol lagi plus ditambah dengan anak. Kebayang juga hubungan jarak jauh, yang memang seringkali sulit dijalankan, apalagi kalau masing masing punya kesibukkan yang menyita perhatian. Saya selalu percaya kalau Tuhan tidak pernah tidur, Gusti Allah mboten sare, kalau Beliau memberikan masalah yang luar biasa kepada kita, itu pastinya karena Beliau yakin kita bisa jalanin nya dibanding orang orang yg lain, karena Beliau yakin, ya berarti kita juga yakin kita bisa dong ya say 😀 So iya nikmatin saja hidup, santai, selalu berpikir positif (yang enggak perlu dipikirin ya enggak usah dipikirin – omongan orang orang misalnya, enggak usah dimasukkan ke hati ya say. Biar in ajah) dan yup optimis dong. Kalau stress kan rugi – bisa jelek – ongkos botox/operasi plastiknya mahal hahahhahhaahhahahahahahaa. Hi … kalau pingin sharing, tell me ya, nanti saya kirim email pribadi)
Sukses buat kamu selalu ya sayang. Take care
Pelukannya sangat diterima dgn senang hati 🙂 Amin, mbak Kharina. Terima kasih atas dukungan moralnya 🙂 sekarang saya cukup bnyk melakukan aktifitas dan jauhhh lebih bersemangatlah 😀
Keep in touch yah,mbak.
Siiiipppp …… 😀
Saya pernah baca hadist nabi yang menganjurkan bagi para pria untuk menikahi wanita yg masih perawan. Saya juga pernah membaca psikolog menganjurkan bagi para wanita jika menikahi duda di usahakan duda yg ditinggal mati istri. Perceraian adalah perbuatan yg di halalkan Tuhan tapi juga dibenci Tuhan. Nah semua nya silahkan dikaji sendiri, resiko ditanggung masing2 individu.
Makasih mas (atau mbak) atas nasihat nya. Saya yakin tidak ada orang yang punya niatan ketika menikah, ingin bercerai. Ada banyak masalah yang memang tidak bisa dimengerti oleh orang lain karena mereka tidak berada di posisi yang sama. Percayalah mas/mbak keputusan bercerai itu biasanya memang keputusan terbaik dari pada sekian pilihan pilihan terburuk. Menghakimi orang lain atas perbuatan nya/keputusan nya tanpa pernah mau melihat alasan dan mau melihat dari sudut pandang orang tersebut, menurut saya juga bukan cara yang bijaksana. Seperti mas/mbak tulis risiko ditanggung oleh individu masing masing, jadi untuk apa menghakimi jalan hidup orang lain? 😀
Salam hormat mas/mbak
Gak salah juga banyak orang yg berpendapat seperti itu, karena yg negativ’nya psti lebih sering dilihat dari pada positive’nya…
Ambil contoh, Hottel..
Hotel kan tempatnya para tourist nginep…
Pasti disangkutpautkan dengan adanya short time untuk para cewe/cowo selingkuh…
Lagi satu contoh caffe..
Caffe adalah tempat nongkrong sembari dengerin musik dan minum alcohol maupun minuman lainnya… Tapii kebanyakan orang berfikiran tempat itu adalah tempat negative.. Hahah..
Begitu juga janda, janda itu gx senista yg kita kira boss, jangan samakan semua janda dengan janda yg pernah kita icipi di warung esek”..
Saya aja yg masih umur 19 macarin jnda umur 21.. Gx merasa tuhh di jrumusin, malahan dia yg sllu mendapingi dan mensuport sya ke hal yg positive…
So think all about positive bifore think about negative…
Baca artikel ini jadi pengen nangis,,nangis utk kesekian kalinya..
Saat ini saya sdg menjalani proses perceraian dg suami. Kami menikah selama setahun.tapi 6 bulan pernikahan suami mengembalikan saya ke orangtua.alasannya sepele miskomunikasi,suami yg merasa tdk cocok,dan tdk bisa menerima kekurangan2 saya.
Syok,kaget,kecewa,sedih,dan depresi.perasaan campur aduk.bayangan akan mjd pembicaraan orang-orang dg stigma negatif atas status janda yg akan saya terima.
Saya sedang berjuang utk mempertahankan pernikahan kami,tp bbrp kali suami menegaskan ingin mengakhiri pernikahan.. 😥
Saya 30th, di umur sekarang agak sulit mencari yang belum menikah, karena dengan perbedaan umur yang jauh, mindset juga berbeda, saya tidak merasakan ada kecocokan saat pacaran dengan mahasiswi.
Jadi saya pacaran dengan janda 3x dari tahun kemarin. Ada persamaan yang saya rasakan, janda itu seperti senang seks, baru pacaran sehari sudah mengajak untuk berhubungan. Dan agak sulit untuk membangun hubungan serius dengan janda.
Pacaran dengan yang belum menikah, biasanya kita membicarakan masa depan, rencana menikah kapan, traveling, dll. Dengan janda seperti seks adalah prioritas. Setidaknya ini yang saya rasakan.
Janda kesatu dari pacaran sudah mengajak hubungan intim. Akhirnya putus karena ternyata dia suka mabuk-mabukan, anaknya tidak diperdulikan.
Janda kedua pacaran sehari sudah hubungan intim, dan hyper, dalam sehari minta berkali-kali, terlihat serius membicarakan masa depan, baru beberapa hari putus, ibunya bilang kalau ada cowok ke rumahnya.
Janda ketiga, baru chat doang beberapa hari sudah mengajak ke rumahnya. Pacaran ternyata dia selingkuh dan hamil.
Saya yakin ada janda yang baik diluar sana, tapi mohon maaf, dimata saya, berdasarkan pengalaman saya dan teman2, ya begitu lah.
Namanya perceraian, tidak ada yang baik dimata masyarakat, selalu ada 2 versi, kalau tanya ke si pria, dia akan bilang si wanita yang salah, nanya ke wanita pasti bilang suaminya yang salah.
Saya yakin 100% dimana pun seperti ini.
Untuk janda2, tolong lah jangan terlalu murahan (maaf kasar), jaga diri lebih baik lagi, cari hubungan serius untuk memperbaiki pernikahan di masa lalu.
Hidup itu tidak selalu tentang seks, masih banyak hal penting lain.
Kalau belum menikah, lebih baik dengan yang belum menikah. Kalau duda, baru tidak apa menjalin hubungan dengan janda.