Media yang Kebablasan

Menurut pendapat saya pribadi (catet : pribadi), media massa sekarang cenderung kebablasan dan sedikit lebay (red: maafkan bahasa Indonesia saya – saya tidak ketemu bahasa Indonesia EYD untuk kebablasan dan lebay ini :)).  Bahkan ada satu media yang saya anggap adalah media yang seharusnya sudah tidak perlu kebablasan dan ke lebay an untuk menjual berita, sekarang malah melakukan hal yang sama. Menjual berita tentang artis yang menemani keluarga  pacarnya, yang datang ke Indonesia karena sang pacar dipenjara misalnya (please …. penting enggak sih saya tau apa yang dilakukan si artis untuk pacarnya, bagaimana kedekatan dengan keluarganya).

Atau amati saja salah satu tivi swasta yang sering kemudian namanya sering diplesetkan oleh teman – teman saya menjadi tv oon, yang misalnya suatu ketika,  ketika orang – orang sibuk membantu korban yang sedang tertimpa bencana, masih sempat – sempatnya berusaha mewawancara si korban, dengan hasil wawancara  seperti ini:
“Gimana perasaan Bapak mengenai hal ini?; gimana perasaan Bapak apabila putri Bapak tidak ditemukan?; Gimana perasaan Bapak apabila putri Bapak ternyata tewas; dsb.
Orangtua itu sudah menyatakan bahwa dia pasrahkan saja semua ini kepada Allah, yang penting putrinya dan semua korban bisa segera dievakuasi. Semoga Bapak mendapat Hidayah dari-Nya. Namun sang penyiar ini masih memberondong dengan sejumlah pertanyaan yang seharusnya tidak perlu, malah membuat sang bapak tersudut.

Wartawan – wartawan seperti inilah  yang sering memancing kemarahan saya yang menonton nya (so … jangan salah kan saya, kalau saya sering menonton film – film korea, karena lebih menghibur dan mengasah ilmu keromantisan saya dan memendam rasa marah saya :D)

Saya juga pernah menyaksikan dengan mata saya, cameraman yang sibuk merekam gambar anak balita teman saya yang suaminya sedang tertimpa masalah korupsi. Apa harus wajah anak tersebut direkam dan diperlihatkan ke publik? Apakah hubungan nya anak kecil itu dengan kasus orang tuanya?  Tapi ya dengan keras kepalanya si cameraman dan wartawan tetap tidak menghiraukan teguran teman saya dan menghentikan kegiatannya karena sidang akan dimulai. Miris.

Kemudian kasus tentang salah seorang anggota dewan legislatif daerah dengan artis yang ditangkap karena dituduh berpesta narkoba. Media masa sibuk memfokuskan diri terhadap hubungan keduanya, yang menurut saya urusan pribadi  keduanya , toh mereka berdua adalah manusia – manusia bebas yang tidak terikat pernikahan dengan siapapun. Kenapa tidak cukup fokus hanya dengan urusan pemakaian narkoba. Fokus terhadap narasumber – narasumber yang bisa membantu BNN mengurangi Narkoba.

Atau sering kali wartawan kemudian sibuk memberitakan betapa teraniaya nya mereka karena ada artis, selebriti, petinggi negara yang marah karena pertanyaaan mereka yang membuat panas telinga yang mendengarnya. Padahal kalau kita lihat bagaimana tidak sopannya mereka ketika mewawancara, kita menjadi maklum mengapa si artis, selebriti, petinggi negara ini marah.

Toh saya yakin wartawan – wartawan ini mendapatkan pelajaran bagaimana menggali informasi. Mereka mustinya sudah menerima pelajaran bagaimana cara menghadapi orang yang diwawancara. Dan saya yakin dipelajaran mereka pastilah tidak ada ajaran untuk mendiskriminasikan orang yang diwawancara.

Media masa ini juga tidak malu – malu lagi untuk tidak bersifat netral. Banyak media masa yang ditunggangi oleh partai politik tertentu sehingga, berita – berita kejelekkan dari partai tersebut akan ditutup diganti dengan betapa hebatnya pengabdian yang dilakukan oleh partai mereka untuk masyarakat, Menggiring masyarakat untuk memilih partai tertentu.

Padahal semestinya media massa itu haruslah netral. Bersifat memberikan informasi yang telah diteliti dulu kebenarannya, bukan hanya informasi yang bersifat “katanya” dengan judul dan isi yang bersifat “menjual” rating dan menaikkan oplah. Kalau media massa tidak bisa bersifat netral, dan terus menerus melakukan pembohongan publik atau meliput cerita tanpa hati nurani ….kemana lagi saya dan masyarakat Indonesia harus menggali informasi.

 

Salam

About kharinadhewayani

I am just an ordinary woman who wants to share her mind and her dreams to the world.
This entry was posted in Indonesia ku, kasus, masyarakat, Uncategorized. Bookmark the permalink.

2 Responses to Media yang Kebablasan

  1. Bener banget tuh mbak setuju…ane sih dah lama ga nonton tv lokal, seringan baca koran aj

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s