Situgunung Story – (yup I am the lucky one )

IMG_3159

Meskipun gue sudah bercerita soal keenggan gue menghadiri Family Gathering, tapi kali ini dengan sepenuh hati, gue berusaha untuk menghilangkan keengganan gue. Alasan nya? Mood gue untuk memfoto orang orang sedang tinggi tinggi nya. Trus kenapa musti jauh jauh ke Situ Gunung ? Entahlah …  yang pasti gue lagi pingin memfoto (red: pertanyaan serius – bahasa Indonesia benarnya apa sih? memfoto ato memoto?) orang – orang di Situ Gunung (bukan memfoto Situgunung nya loh), plus memang lagi pingin sejenak keluar dari Jakarta, dari rutinitas gue, lagi pingin tidur di tenda dengan sleeping bag 😀

Dan pergilah gue ke Situ Gunung, ya seperti biasa as singgle fighter, gue pergi sendirian dong 🙂  Dan sebagai orang yang belum mempunyai kendaraan sendiri, dan mempunyai sim A yang sudah 1 tahun lebih expire dan belum diperpanjang juga, tentulah pilihan gue tiada lain adalah transportasi umum.  Maka, jadilah gue 1 minggu sebelum perjalanan mulai rajin mencari cari di oom google tentang transportasi rumah gue – Situgunung, karena gue belum pernah ke Situgunung sendirian dan taksi yang menjadi sahabat setia, sepertinya juga tidak mungkin mau berjalan sejauh itu.

So …. hari H – mulailah gue ber packing ria –  dengan mata yang ngantuk banget karena baru tidur jam 3 pagi dan harus bangun 2 jam kemudian,  karena niat berangkat pagi agar tidak terlalu siang sampai di Situgunung, dengan masalah packing mulai dari tenda yangterlalu berat untuk gue bawa – bawa (padahal, gue sudah memimpikan akan tidur di tenda gue yang warnanya keyreeen banget itu). sampai dengan soal baju apa yang musti gue bawa … ehm … yang ini sepertinya gue agak terlalu lebay.

Akhirnya baru jam 6 an deh gue ke stasiun – ngejar kereta yang ke bogor – setelah berlari lari  karena kereta hampir berangkat (sempat takjub dengan biaya yang hanya Rp 2.000),  berangkat lah gue ke bogor. Untung nya sepi, jadi gue bisa nyaman duduk di ka, menikmati orang orang di sekeliling gue yang sibuk dengan kegiatan nya masing masing, serta pedagang, pengamen dan pengemis yang sibuk mencari rejeki.

Jam 7 an pagi, sampailah gue di Bogor, yang cerah ceria, dan sebagai orang yang belum sah bangun tanpa minum kopi – tentulah yang pertama gue cari adalah tempat duduk yang enak dimana gue bisa menikmati “cup of coffee gue” dan sarapan yang bisa menambah ceria pagi gue 😀  (yup ini juga lebay :))

Jam 8 an, gue mencari angkot tujuan Baranang siang  – dan berhenti di depan terminal – mencari mobil elf tujuan sukabumi (seperti saran om google) dan  dengan terkagum kagum gue, menemukan mobil elf yang isinya ehm …5 orang dibelakang, 4 orang di tengah, 4 orang di belakang supir dan 4 orang di depan …. wuiiiiiiiih  rame bow.  Tapi dengan bayaran yang cuman Rp 15000  – mosok sih gue complain.  Pasrah deh gue menerima nya, anggap saja menikmati backpacking gue yang pertama di Indonesia.

Jam 9 an kurang mulai deh si elf berangkat, dengan supir yang lumayan deh wajahnya, ramah plus keahlian mengebut yang luar biasa, selip sana – selip sini, dan thanks God juga dengan tetangga perjalanan gue yang ramah banget. Perjalanan gue jadi tidak membosankan deh karena si ibu di samping gue sibuk bercerita tentang apa saja  selama perjalanan, padahal di mobil panas banget karena tidak ada ac dan tidak nyaman karena si supir yang hobi ngebut dan berzig zag ria, ditengah ke macetan.   But  as wise people say, kalau kita enjoy with something … pasti semuanya bisa dilewatin dengan hati lapang 😀

Jam 11.30 an sampailah gue di Cisaat – dan lagi -lagi seperti saran om google, gue harus mencari angkot berwarna merah, yang enggak keliatan dimana adanya, dan lagi lagi keberuntungan gue datang karena gue ketemu bapak – bapak dari DLLAJR  baik banget, mereka malah minta tolong satu angkot untuk nganterin gue mencari sang angkot merah 😀 Thanks a lot ya pak

Tapi keberuntungan gue ternyata tidak sampai disitu saja, karena  pak supir angkot warna merah …. yang minta gue panggil dia dengan panggilan “Abah” ini juga luar biasa baik, sopan dan ramahnya, nah si Abah ini cerita kalau dulunya dia kerja di Mercy sebagai supir sampai jelang pensiun.  Abah care banget sama gue, nanyain apa gue yakin kalau teman gue udah nyampe atau belum, nyuruh gue menikmatin hidup, dekat ke Tuhan, Trus bilang jangan khawatir kalau besok harus pulang sendiri, supir supir angkot di situ kenal beliau kok 😀  Dan yang bikin touchy, di akhir perjalanan, sewaktu gue bayar ongkos, si Abah malah doain gue, biar rejeki gue bertambah dan tentu cepat dapat jodoh …. ah Abah … tau ajah (padahal swear deh gue enggak cerita soal nyari jodoh)

Dari gerbang Situ Gunung, ke tempat perkemahan Family Gathering nya organisasi gue, ternyata jaaaaaauuuuh banget, dan harus dilewatin naik turun seperti naik gunung , doooh ini seperti nya memaksa gue untuk rajin – rajin olahraga kembali. Kata penjaga gerbang nya – kalau dari pintu gerbang satu lagi, yang biasanya parkir mobil, jalan nya mah cenderung enak karena sudah ada tangga nya. Doooohhhhhh, kenapa om Google enggak bilangin siiiihhhh  😀

Tapi ya itu, karena mungkin gue juga lagi senang, jalan kaki versi naik gunung pendek, bisa gue lampauin tanpa kesulitan, dan menjadi super bahagia sewaktu gue lihat tenda tenda yang bergelimpangan ….. cihuy …. I got it.

Hujan yang kemudian datang sederas derasnya sampai sore, tenda yang bocor dimana mana sehingga buat gue tidak bisa istirahat sejenak ditambah kedinginan karena kehujanan, plus gue agak bingung harus berbicara apa karena sampai sore yang ada di sekeliling gue hanya anak anak  muda, yang era sama pembicaraan nya sulit juga gue mengerti – (karena yang seangkatan atau yang lebih senior dengan gue, masih di jalan, atau sudah ada di Situgunung tapi sedang sibuk dengan acara keluarga masing masing),  juga sepertinya tidak membuat gue kecewa. Gue benar benar bisa menikmatin bermain bersama kamera, ( memfoto orang – orang yang ceria dan anak anak yang sibuk dengan ulah nya masing masing ) .

Dan setelah maghrib – menjelang jam 2 pagi , baru deh acara ngobrol ngobrol as adult – diskusi serius tapi santai, menjadi akhir hari gue di Situgunung.  Dan karena gue sudah melihat dan mendengar bagaimana macetnya Jakarta- Situgunung or Situgunung – Jakarta (bahkan ada yang bilang perlu 8 jam) …. maka ketika ada senior gue yang mau pulang jam 4 pagi, gue terima dengan suka cita. Walaupun dengan keadaan mengantuk karena cuman tidur 2 jam buat  gue benar benar kehabisan nafas ketika harus mendaki ke tempat dimana mobil senior gue itu parkir (padahal enggak tinggi tinggi amat)….. duuuuuuhhhhhh memang umur enggak nipu ya? LOL

Jadi lesson learn nya……  kalau hati ceria, ternyata aura kita juga jadi positif, akhirnya banyak banget orang (yang bahkan tidak kita kenal) dengan senang hati menolong, bisa menikmati  keadaan apa ajah tanpa kesal dan benar benar bisa merasa “I am the lucky one and feel so bless.”

Salam

 

About kharinadhewayani

I am just an ordinary woman who wants to share her mind and her dreams to the world.
This entry was posted in Uncategorized and tagged , , , , , . Bookmark the permalink.

2 Responses to Situgunung Story – (yup I am the lucky one )

  1. sendja says:

    kebayang asyiknya..iihh, ngiri dweh

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s