Rasa sayang diantara idealisme dan kesetian

Belakangan ini banyak hal yang terjadi pada saya yang cukup menguras tenaga, waktu, pikiran bahkan uang.  Mulai dari masalah pribadi, kantor, organisasi yang terjadi pada waktu yang bersamaan. Tentu saja sebagai seorang yang berada dibawah naungan zodiak Virgo seperti Bapak ESBEYE, tindakan saya pun menjadi sama seperti beliau, sensi dan lebay luar biasa 😀

Tidak percaya kepada siapapun dan menjadi paranoid kalau setiap orang akan menyakti saya, menjadi hal yang mengganggu tidur saya (ya kelebayan saya sampai sebegitunya – shame on me :))

Dan kemudian, situasi ini ditambah dengan bumbu – ada kegiatan di salah satu organisasi yang saya ikuti – ternyata telah diskenariokan, ternyata hasil akhir telah ditetapkan sebelum kegiatan. Parahnya saya sengaja hadir di kegiatan yang dilakukan di puncak – buru buru dari wokrshop yang harus saya ikuti – dengan menggunakan taksi (karena saya belum mempunyai kendaraan sendiri) dari Jakarta pusat ke puncak, dan dilanjutkan dengan ojek karena taksi tidak boleh sampai ke puncak , setelah itu berbengong bengong ria selama beberapa jam karena kegiatan utama dimulai dari jam 7 malam, sedangkan sebelumnya adalah acara keluarga dengan anak anaknya , dan kemudian dari jam 7 malam sampai jam 2 pagi, saya dan anggota yang ikut serius memikirkan apa dan apa dan apa yg terbaik untuk organisasi dan jam 4 pagi saya harus pulang karena siang nya, saya ada meeting di Jakarta.  Dan kemudian ternyata semua itu, semua kegiatan itu hasil nya sudah diskenariokan. Saya hanya bisa terdiam dan berpikir – mungkin sama seperti yang sering dikatakan orang orang kalau melihat saya bersibuk sibuk ria demi organisasi saya ….. ” saya orang terbodoh yang masih percaya dengan idealisme – orang bodoh yang mau melakukan sesuatu, hanya karena satu kata “sayang”. 

Dan entah kenapa pada saat yang bersamaan juga, di organisasi yang satunya saya mengalami hal yang hampir sama.  Saya yang mempunyai keinginan yang impossible kata banyak orang di organisasi (e.g Ingin menyatukan seluruh anggota, ingin membersihkan nama nama orang orang dan organisasi yang saya hormati, ingin memberi warna dll) , menjadi bual bualan dan objek dikasihani baik oleh anggota anggota organisasi maupun teman teman saya, apalagi satu persatu teman teman saya yang tadinya ada bersama saya mau melakukan berjuang untuk keinginan yang sama,  sudah mundur satu per satu  – dan memang yang tertinggal hanya saya  karena   satu kata yang sama seperti sebelumnya   “sayang”  menjadi  terlihat “bodohnya”  mempertahankan idealisme saya,

Uhm …. salahkan karena sesuatu yang kita “sayangi”, kita mempertahankan idealisme dan kesetiaan, walaupun itu berarti harus ada pengorbanan tanpa imbal balik?

Rasa sayang membuat saya perduli, dan ingin selalu memberikan yang terbaik untuk organisasi dan anggota didalamnya. Rasa sayang membuat saya tidak memperdulikan apakah saya mendapatkan imbal balik atas apa yang saya korbankan. Rasa sayang membuat saya tetap setia walaupun saya menjadi bahan tertawaan, walaupun saya dianggap bodoh, walaupun apa yang saya perbuat – tidak pernah dianggap cukup, dan  menjadi bahan cercaaan  apabila ada sedikit kegagalan dan kesalahan yang saya lakukan.

Pikiran saya melayang kepada negara saya …… orang orang yang masih idealisme di sana, yang menjadi bahan cibiran, dan kemudian satu persatu mereka mundur karena tidak tahan dengan tekanan, dan yang lain bertahan dengan menyesuaikan diri dengan budaya yang berlaku, yang tidak sesuai dengan idealisme mereka. Kesetian juga sudah mulai dilemparkan karena untuk apa setia kalau toh  yang diberi kesetiaan, sama sekali tidak perduli, tidak mengganggap ada. Untuk apa idealisme dan kesetiaan kalau tidak ada imbal balik yang sesuai dengan pengorbanan yang dikeluarkan? Itukah alasan mengapa banyak orang orang yang pintar dan idealis di negeri ini berubah arah?

Dan apakah pejabat pejabat , pemimpin pemimpin negara ini  tidak mempunyai  “rasa sayang” kepada negara ini sehingga mereka tidak perduli apakah yang mereka lakukan itu  merugikan negara dan masyarakat didalam nya. Apakah karena tidak mempunyai rasa sayang mereka juga tidak punya kesetian untuk tetap memegang sumpah yang mereka ucapkan ketika dilantik menjdai pemimpin negara ini? Apakah karena tidak mempunyai rasa sayang, mereka masih bisa tertawa bahagia ketika banyak masyarakatnya berada dalam keadaan yang “sekarat” karena keputusan keputusan yang mereka ambil. 

Apakah karena Negara Kesatuan Republik Indonesia ini sudah tidak mempunyai arti bagi mereka membuat para pemimpin, pejabat negara ini tidak lagi mempunyai rasa sayang kepada negarai ini?

Uhm ……..

Tahun 2014 sudah di depan mata – pemilihan umum tidak lama lagi …….

Kampanye kampanye sudah dimulai. Dan kita sebagai pemilih, akan menjadi penentu akan dibawa kemana negara ini. Kita sebagai pemilih harus mempertanyakan apakah masih ada idealisme dan kesetiaan mereka mereka yang kita pilih dengan dua pertanyaan ” apakah ada perasaan sayang kepada Indonesia   di hati calon yang saya pilih?” , “apakah arti Indonesia bagi mereka? “

Salam

About kharinadhewayani

I am just an ordinary woman who wants to share her mind and her dreams to the world.
This entry was posted in Uncategorized and tagged , , , , , , , , , , . Bookmark the permalink.

2 Responses to Rasa sayang diantara idealisme dan kesetian

  1. zamzam says:

    kita hidup untuk peduli dengan yang lain, kita hidup untuk memberikan rasa kita kepada yang lain kita hidup untuk memberi rasa sayang … untuk itulah aku dan kamu hidup ..

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s