Saya termasuk salah satu orang yang beruntung, yang terpilih ikut dalam kegiatan kelas Inspirasi nya Indonesia mengajar di Bandung bulan Februari ini. Menurut saya, justru saya banyak mendapatkan inspirasi selama kegiatan ini berlangsung dan bukan sebaliknya. Saking banyaknya yang ingin saya tuliskan, jadilah saya membagi tulisan ini atas beberapa tulisan dengan hashtag #KelasInspirasiBandung
SDN Pelita Jasa Bandung terletak di Jalan Komud Supadyo (Pasar besi Jatayu) Gg Hanura, Bandung. mempunyai 6(enam) kelas dari kelas 1 SD – 6 SD. Gedung sekolah nya dipergunakan oleh 2 sekolah, sehingga secara bergantian SDN Pelita Jasa dan satu SD yang lain (sayang saya lupa namanya), mempergunakan gedung ini. Misalnya minggu I dan III : SDN Pelita Jasa – menggunakan nya pagi hari, sedang minggu II dan IV : SDN Pelita Jasa – menggunakan gedungnya pada siang hari (mulai jam 13.00 WIB).
Kantor guru hanya satu dan dipergunakan beramai ramai oleh kepala sekolah dan guru guru di sana, bahkan oleh kami – para inspirator, fotografer dan videografer untuk meletakkan tas dan juga tempat diskusi kecil sebelum mulai mengajar. Kamar mandi (toilet) hanya satu di lantai dua, bersih, karena memang baru direnovasi.
Sekarang tentang guru :
Pagi pagi sekitar jam 7 kurang beberapa menit, ketika saya sampai di sekolah, sudah hadir ibu guru dan guru guru yang dengan manis nya menggenakan kebaya dan sarung. Melihat itu saya sedikit agak ke GR – an, mengira kalau mereka mempergunakan baju tersebut karena kehadiran kami hahahahhahhahahhaa. Untung saya masih ingat untuk menayakan mengapa mereka menggunakan kebaya, begitu juga dengan anak anak sekolah pada hari itu – yang perempuan menggenakan kebaya putih dan sarung batik, yang pria menggunakan baju laki laki sunda (kalau enggak tau … mungkin ingat film Kabayan, nah pakaian itu yang dipakai lengkap dengan ikat kepalanya). Kata bu Noneng, hal ini merupakan keputusan dari Pemda, untuk meningkatkan rasa cinta terhadap tanah air.
Guru yang berstatus PNS hanya satu orang yaitu ibu kepala Sekolah (ibu Noneng), sedangkan seluruh guru lain masih berstatus guru honorer . Ketika menjelaskan status kepegawaian stafnya, ibu Noneng menambahkan, beliau ingin sekali staf nya ini semuanya di angkat jadi PNS, karena menurut beliau, guru guru tersebut walaupun honorer dan tidak tahu kapan akan diangkat menjadi PNS, tapi dedikasi mereka kepada sekolah Pelita Jasa sangat tinggi. Ini bisa dibuktikan bahwa walaupun beberapa dari mereka tinggalnya jauh dari sekolah, tapi tetap hadir tepat waktu dan tidak pernah terlambat. Seperti yang terlihat pada pagi ini.
Saya sendiri cukup terkesan melihat bagaimana mereka bersemangatnya mereka pagi itu, dan bagaimana kedekatan mereka dengan murid muridnya. Tidak terlihat murid murid disana ketakutan, bahkan banyak dari mereka yang dengan percaya diri mengeluarkan celetukan celetukan ringan – sewaktu Haried Prakarsa (salah satu inspirator yang berprofesi sebagai Penyiar di Radio 99.9 FM Bandung – yang kami daulat untuk menjadi MC pembuka dan Penutup 🙂 yah enggak heran kan pembukaan kelas inspirasi di sini begitu “cetar membahana ” sehingga banyak warga sekitar SDN Pelita Jasa datang menyaksikan kehadiran kami semua – yang juga kemudian ikut menjadi “cetar membahana dan keren sekeren nya” hahahahhahaha ) melakukan keisengan terhadap murid murid ini.
Menurut pandangan saya, kalau lah tidak ada kedekatan dan dorongan untuk percaya diri dari guru gurunya, atau kalau lah guru – guru ini galak tentulah – murid muridnya tidak berani melakukan apa apa. Hanya diam dan berdiri manis. Hal ini juga terasa sekali sewaktu saya mengajar di kelas – bagaimana mereka berani menyatakan apa yang mereka pikirkan. Dan iseng iseng kemudian saya sempat bertanya secara terpisah kepada masing masing guru tentang apa yang paling mereka harapkan saat ini (walaupun dalam hati saya mengatakan, guru guru ini pastilah mengatakan mereka ingin secepatnya diangkat jadi PNS).
Dan ternyata … asumsi saya salah!!!! Jawaban mereka hampir sama semua – yaitu intinya mereka mengharapkan agar anak anak didik mereka – dapat tetap melanjutkan sekolah nya setinggi setingginya. Karena kebanyakkan dari mereka mereka ini karena perekonomian keluarga yang rendah (rata rata bekerja sebagai buruh) dan juga berasal dari keluarga yang “broken home” maka seringkali ketika sudah tamat SD mereka akan serius mencari uang ataupun menjadi tulang punggung keluarga – terutama apabila ayah mereka pindah rumah karena bercerai dengan ibunya.
Karena itu kemudian timbullah rasa ingin tahu yang luaaarrrrrrrr biasaa dari saya, tentang honor guru guru ini, karena ya seperti diketahui umum, gaji honorer pns itu sangat kecil sekali bahkan di bawah UMR. Untungnya sebelum saya terlihat begitu”kepo” (red: ingin tahu), salah satu teman inspirator memberitahukan bahwa guru guru ini berhonor Rp 450.000/bulan dan apabila sudah mempunyai sertifikat mengajar maka berhonor Rp 1.500.000/bulan, yang dibayarkan 3 (bulan) sekali (NB: maafkan kalau data ini salah, karena memang langsung saya ambil dari guru guru yang bersangkutan ), tanpa perlu konfirmasi karena saya menganggap tidak ada salah pengertian terhadap pertanyaan saya. Sekali lagi mohon maaf kalau salah).
Guubbraakkkkk …. Rp 450.000/bulan ???? atau Rp 1.500.000/ bulan??? Bahkan buruh buruh di Jakarta saja, yang bergaji sekitar dua juta rupiah sudah berdemo meminta kenaikkan upah menjadi Rp 3 .000.000/ bullan !!!!!!
Dedikasi guru – guru ini terhadap profesi nya terhadap negara – yang saya pikir membuat mereka tetap bersemangat mengajar, tetap menempatkan anak anak didiknya sebagai prioritas utama nya. Tanggung jawab mereka terhadap bangsa ini – dalam hal mendidik generasi penerus bangsa – jadi cambuk sehingga mereka tetap mau terus memberikan yang terbaik untuk murid muridnya.
Ditengah tengah berita betapa boboroknya pemimpin negara ini, ditengah berita tentang kasus suap, korupsi dan lain lain yang seringkali mematahkan harapan untuk Indonesia yang lebih baik – dedikasi guru guru honorer ini membawa angin segar yang mengobarkan semangat saya kembali, sekaligus membuat saya tersadar – betapa tidak bersyukurnya saya sebagai manusia, dan betapa memalukan nya saya karena seringkali merasa saya terlalu dibebani dengan masalah masalah orang lain, atau seringkali merasa cemburu melihat orang orang yang saya anggap lebih dari diri saya. Bayangkan dengan guru guru honorer ini. Bahkan ketika diberikan kesempatan untuk mengeluh – mereka tidak menggunakkannya – mereka malah mengharapkan sesuatu untuk orang lain dan bukan untuk diri sendiri. Hari ini apa yang mereka lakukan benar benar menginspirasi saya, yang “lebih beruntung” setidaknya dari sisi gaji, untuk juga mau melakukan sesuatu demi negara ini, setidaknya dimulai dari lingkungan saya.
Dan julukkan “Pahlawan Tanpa Tanda Jasa” memang selayaknya saya sematkan di dada mereka. Karena saya tau – tidak ada nilai yang cukup yang bisa dijadikan sebagai alat pembayaran dedikasi dan loyalitas mereka kepada negara ini. Tanpa keluhan, tanpa amarah dengan ikhlas dan sabar.
Saya teringat lagu indah – yang pada saat saya mengajar di kelas 2, menjadi lagu yang dinyanyikan oleh sekitar 70% murid murid yang maju ke depan kelas :
“Guruku tersayang, guru tercinta, tanpamu apa jadinya aku ….
tak bisa baca tulis, mengerti banyak hal, guruku terima kasihku
Nyatanya diriku kadang buatmu marah
Namun semua maaf kau berikan.
Guruku tersayang, guru tercinta, tanpamu apa jadinya aku ….. “
Untuk guru guru SDN Pelita Jasa (dan juga seluruh guru guru terutama yang guru guru honorer) – terimakasih setinggi tingginya dari lubuk hati saya yang terdalam atas dedikasi anda kepada negara. Hari ini sebenarnya saya yang belajar di kelas inspirasi anda
Salam