Suatu hari teman saya bercerita kepada saya tentang jodoh yang tidak pernah dia mengerti. Kenapa si A bisa mendapat si B terus akhirnya harus berpisah. Berarti enggak jodoh dong ya? Bagaimana bisa tau kalau pasangan kita itu jodoh kita atau enggak? Karena yang sudah bersatu ternyata bisa berpisah.
Saya sendiri sering banget memikirkan hal ini, sampai pada suatu masa, ketika saya mulai belajar melihat segala sesuatu dari sisi yang lain. Termasuk belajar melihat segala sesuatu dari sisi Tuhan. Kalau saya jadi Tuhan …. apa yang saya rasakan, apa yang saya putuskan.
Menurut saya, kadang kadang manusia itu terlalu Pede, seringkali kita ngotot ingin mendapatkan sesuatu yang sebenarnya tidak cocok untuk kita. Kita ngotot untuk menolak sesuatu yang sebenarnya memang cocok untuk kita. Karena kita merasa kita yang paling tau apa yang kita mau.
Kalau tidak diberi, kita seringkali ngambek sama Tuhan, kemudian kita sering kali terus merasa didikriminasi sama Tuhan – trus ujung ujung nya seringkali kita mengungkit ungkit apa yang kita lakukan untuk Tuhan – “saya sudah doa, saya rajin sholat, saya sering ke mesjid, saya rajin ibadah ke gereja etc, tapi doa saya enggak di dengar. tapi Tuhan enggak perduli saya, doa saya enggak dijawab, saya masih susah terus, saya masih dikasih cobaan terus.”
Ya, saya sendiri sih kalau jadi Tuhan, bisa merah deh telinga dengerin ngambek ngambek kan begini. Apalagi yang sering nya ngambek itu orang yang dewasa, yang cukup umur. Bukan anak anak lagi. Mosok sih masih ngungkit ngungkit Tuhan gara gara enggak diberi sesuatu. Manalagi seringnya tuh pada berdoa lewat media sosial, lewat FB, lewat twitter, lewat path ….. padahal ya kan bisa langsung saja berdoa ke Tuhan enggak usah pake perantara apa apa. Toh Tuhan juga enggak punya banyak waktu baca baca status umatnya di media sosial 😀
Akhirnya , sering kali ini seandainya saya jadi Tuhan, ya sudah …. saya biarkan deh terjadi apa yang mereka mau. Percuma toh dihalangi, dari pada terus terusan ngambek. Percuma juga di kasih warning, percuma juga dikasih petunjuk, kalau tetap ngotot pilihannya paling benar.
Dan setelah itu …. ketika berakhir dengan apa yang tidak diharapkan, mulailah datang penyesalan. Mulai lah drama lagi. Mulai bertanya lagi, kenapa kalau ternyata enggak cocok – tetap dipersatukan untuk dipisahkan. Mulai ngambek ngambek lagi, Deuuuuuhhhhhh ….. kebayang enggak ya ribetnya? 😀
Padahal sudah ada orang yang diberi petunjuk Tuhan untuk menciptakan kalimat indah ini :
“Hati hati dengan permintaanmu. Karena kadang kadang ketika terpenuhi, malah menyusahkanmu.”
Ya tapi teuteup ….. engak mau dengar juga.
Atau Tuhan juga sering memberikan petunjuk petunjuk lewat orang orang yang memang mempunyai kemampuan melihat masa depan orang lain lewat berbagai media, tarot, baca garis tangan etc. Dan tidak lah secara kebetulan kita dipertemukan dengan mereka mereka ini. Untuk membantu kita, berhati hati dengan langkah yang kita tempuh. (tapi tentu saja …. hati hati dengan orang orang yang kemudian menipu dengan mengatakan bisa membaca ini itu kemudian kita digemplang dengan harus membayar sejumlah dana tertentu :D, percaya deh orang orang yang benar benar dikaruniakan hal hal ini, mereka tidak akan tertarik dengan komersialisasi yang berlebihan. Mereka bahkan banyak yang mau membantu tanpa harus dibayar sama sekali malah)
Terus …. banyak banget kemudian yang mengartikannya lain. Yang marah atau frustasi ketika diberitahukan. Padahal petunjuk itu diberikan agar kita bersiap siap dengan situasi yang jelek. Bukan kah mustinya bersyukur?
Atau kebalikkannya, merasa tidak perlu melakukan apa apa lagi ketika diberitahukan tentang masa depannya bagus. Padahal seharusnya juga malah lebih bersemangat sebagai ucap syukur karena tau jalannya sudah dipermudah. Dan juga bukankah itu tanda agar kudu hati hati juga, jadi tidak lupa diri ketika sukses itu diraih?
Atau mencak mencak ketika diberitahu kalau ternyata orang yang dicintai tidak cocok atau malah emosi ketika diberitahu kalau si A yang biasa biasa saja, yang enggak ada apa apa nya , yang kurang cantik, kurang ganteng, kurang tua, kurang muda, kurang kaya, kurang top, kurang keren. etc, adalah jodoh yang sesuai – yang bersamanya bisa menemukan kebahagiaan yang diidamkan. Padahal bukan kah kudu bersyukur, dihindari dari perpisahan di suatu waktu dan dipermudah untuk mendapatkan jodoh yang bisa bersama sama sampai ajal menjemput?
Atau banyak juga yang kemudian marah marah dengan mereka mereka mereka yang diberi anugerah sperti ini oleh Tuhan. Merasa orang orang ini pendosa. Menurut saya …. ya … kalau enggak percaya, lebih baik dihindari 😀 Toh anugerah itu juga dari Tuhan
Selain itu juga urusan ngotot dengan keinginan ini juga kemudian sering jadi buat Tuhan (ini kalau saya jadi Tuhan ya …. ) lama lama bikin kesal juga. Cukuplah sudah meminta dan yakin akan diberikan. Mana mungkin juga Tuhan akan menjerumuskan umatnya. Mana mungkin juga ya Tuhan iseng memberi cobaan kepada umat Nya tanpa ada maksudnya. Memang nya Tuhan enggak punya kerjaan? Memangnya Tuhan menjadikan manusia itu bahan mainan Nya? Sudah lah cukup meminta, berusaha dan yakin lah akan di jawab. Enggak perlu ngotot, enggak perlu berkeluh kesah, enggak perlu juga jadi emosi.
Jadi ? Yakinlah Tuhan pasti tau yang terbaik … so …enggak perlulah terlalu keras kepala sama Tuhan 😀
soale memang.. antara “tekad baja” dan “keras kepala” itu beti, bok
dalam kebanyqkan kasus, tergantung final result #eh
iya mas, bener banget 😀