Surat Terbuka untuk Ibu Neno Warisman

Surat terbuka ini saya tujukan kepada ibu Neno Warisman, mengingat saya tidak mempunyai alamat email atau Media sosial yang lain yang bisa langsung berhubungan dengan ibu Neno Warisman yang baik hati. Mungkin dengan surat terbuka ini, ada yang akan menyampaikan kepada ibu yang saya rasa berhati seluas samudera.

Ibu, saya terkesima sekali pertama sekali mendengar tentang puisi yang ibu bacakan pada saat Munajat 212. Saya hampir tidak percaya apa yang saya dengar dan baca, sampai saya mencoba mencari di youtube dan mendengar berkali – kali isi video bahkan saya mencari dari berbagai sumber, karena menginginkan kebenaran.

Ibu, maafkanlah saya kalau perasaan saya salah, karena saya merasakan kemarahan yang begitu hebatnya ketika ibu membacakan puisi tersebut. Bukan kelembutan seorang perempuan penyanyi yang pernah saya kenal, tapi kemarahan dari seorang perempuan yang merasa takut dan merasa tidak aman, sehingga kemudian melontarkan kalimat seperti yang ibu utarakan.

Ibu, sebagai seorang yang beragama, tidak sekalipun saya pernah merasa akan melepaskan iman dan kepercayaan saya kepada Allah, hanya karena pemimpin yang terpilih bukanlah pimpinan yang saya inginkan. Tidak pernah terlintas juga dikepala saya, akan mengancam Allah yang saya benar – benar percaya akan memberikan yang terbaik kepada umatNya, akan berpaling dari padaNya hanya apabila ada yang saya inginkan tidak tercapai.

Allah mungkin tidak memberikan seluruhnya yang saya minta, bahkan kadang – kadang sering sekali oleh Nya diberikan banyak hal yang saya pikirkan adalah cobaan, padahal setelah saya melewatinya ternyata adalah pilihan terbaik buat saya, karena kalau saya tidak melewati itu maka saya tidak akan menjadi seperti saya yang sekarang. Karenanya saya selalu meyakini, Allah selalu tau apa yang terbaik, Allah selalu tau kapan waktu yang terbaik, tanpa perlu diancam, tanpa perlu saya marah ataupun kecewa. Saya tau besarnya cinta Allah kepada saya, walaupun sampai saat ini masih banyak yang perintahNya yang saya lalaikan. Dan sekali lagi, saya tidak pernah meragukan kehebatan Allah, karena Allah adalah sang Maha, yang tidak selayaknya mendapatkan ancaman dari saya.

Ibu Neno yang budiman, saya kemudian mencoba melihat dari sudut pandang ibu, yang mungkin sedang marah dan kecewa, kemudian saya teringat kepada ustad – ustad saya yang selalu mengajarkan kepada saya yang memang pemarah ini tentang kesabaran. Sabar untuk menjalani apapun yang terjadi. Untuk tidak langsung marah dengan keadaan, karena banyak hal yang akhirnya akan kita sesali ketika kita marah. Dan banyak hal juga yang tidak sempat saya syukuri ketika saya marah. Dan banyak orang yang menjauh dari saya karena kemarahan yang terlontar.

Kemudian tadi pagi saya mulai menggoogle tentang marah dan Islam, dan alhamdullilah ternyata banyak sekali jurnal – jurnal yang menulis tentang hal ini. Saya ambil beberapa  ya bu:

Dalam Ta’Dib, Vol XIII, No. 02, Edisi November 2013, tentang Teori Kompensasi Marah dalam Perspektif Psikologi Islam yang ditulis oleh Indah Wigati, fakultas Tarbiyah dan Kegururan IAIN Raden Fatah Palembang, ditulis:

Q.S Ar. Ra’Ad 28 : “Ketahuilah bahwa hanya dengan mengingat Allah maka hati akan tentram.”

Q.S As-Syara’ 43: “Barang siapa yang sabar dan suka memafkan, sungguh hal yang demikian itu termasuk hal yang diutamakan.

Dari ayat – ayat di atas maka marah adalah:

  1. Marah merupakan pemberian Allah yang harus mampu dikendalikan.
  2. Marah hendaknya harus ditahan dan dikendalikan.
  3. Allah mencitai orang-orang yang pemaaf.

Al Ghazali berkata: Manusia berbeda – beda dalam tingkat gejolak kemarahannya, dan dapat dibagi dalam tiga kategori yaitu: kurang marah, marah yang melewati batas, dan marah yang stabil. Kurang marah adalah hilangnya kekuatan gejolak marah atau gejolak amarahnya tersebut lemah. Marah yang berlebih – lebihan adalah mendominasinya sifat amarah hingga mengalahkan kendali, akal, agama dan ketaatan, sehingga tidak ada bagi orang seperti ini suatu kesadaran, fikiran dan inisiatif. 

Kemudian di dalam jurnal yang lain yang ditulis oleh R. Rachman Diana (program studi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta) yang berjudul “Pengendalian Emosi Menurut Islam yang dimuat dalm UNISINA, Vol. XXXVII No. 82 Januari 2015:

Selain sabar: ajaran Islam melalui lisan Nabi Muhammad mengajarkan tentang pentingnya pengendalian emosi dengan cara banyak bersyukur. Syukur ini sebuah bentuk pengakuan bahwa segala kenikmatan berasal dari Allah dan akan kembali kepada Nya kapanpun Dia kehendaki. Sikap ini dalam menjaga seorang mukmin dari sikap berlebihan (euforia) dalam menerima kesulitan maupun kemudahan. Sebagaimana Allah berfirman dalam Q.S 57:23 sebagai berikut:

“Supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.”

Pemaafan (forgiveness) adalah strategi koping yang penting dalam Islam. Rasulullah S.A.W adalah pribadi agung yang sangat terkendali emosinya dan mampu menannggung amarahnya terhadi stimuli negatif yang dihadapi. Al Quran menggambarkan bahswa sekiranya beliau termasuk orang yang suka mengumbar amarah, niscaya umat telah meninggalkannya (QS 3:159). Menahan amarah bukan berarti menyimpannya yang sewaktu waktu diletupkan. Pemberian maaf adalah sebuah proses meleburkan semuanya dan menghadirkan kelapangan hati. 

Salah satu ayat yang menjelaskan tentang keuatamaan memberi maaf, diantaranya:

“Dan jika kamu memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Akan tetapi juka kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang – orang yang  bersabar.” (QS an-Nahl/16:126-127).

“Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka barang siapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang – orang yang zalim.” (QS asy-Syuura/42-40).

Begitulah ilmu yang saya dapat ibu Neno Warisman yang baik yang bisa saya bagi kepada ibu. Allah tidak menyukai kekerasan, yang menurut saya, berarti Allah juga tidak menyukai segala ancaman, apalagi ancaman tersebut ditujukan kepadaNya.

Saya yakin dan percaya, Allah juga tidak bermasalah ketika banyak yang berpaling dariNya, toh Beliau yang Maha, Penguasa di atas Penguasa. Yang misalkan pendukung nya hanya satu orang, tidak akan mengurangi segala kehebatanNya.

Allah mencintai kedamaian, karena itu Islam adalah ajaran agama yang damai. Karena itu banyak ayat – ayat tentang pengendalian emosi. Banyak ajaran tentang “Ikhlas”. Begitu juga banyak cerita bagaimana sabarnya Nabi Muhammad S.A.W, bagaimana santunnya Beliau, bagaimana orang banyak mencintai Nya karena kebijakannya.

Saya tidak mengatakan saya adalah orang yang paling sabar. Tidak sama sekali. Justru karena saya pemarah, saya bisa sedikit memahami mengapa ibu menuliskan puisi seperti itu. Walaupun, saya belum bisa mengerti, mengapa ibu mengancam Allah SWT seperti itu? Dipikiran saya yang pendek ini, saya belum bisa memahami bagaimana saya bisa sesombong itu mengancam Tuhan. Maaf kan saya ibu untuk bagian ini. Maafkan saya, kalau saya salah tafsir. Tapi itu yang saya rasakan.

Sekali lagi ibu Neno Warisman, dan juga mungkin pemuka – pemuka agama Islam yang saat ini sedang dilanda kemarahan. Sedang merasa frustasi, kecewa dan takut. Hayuk mari, dibuka kembali Al Qurannya, dibaca kembali ayat – ayatnya, diresapi, sehingga hati merasa tentram.  Sehingga berani menghadapi apapun yang terjadi, berani dengan keyakinan kalau Allah akan ada membantu. Tidak lagi marah – marah, atau lari tanpa mau menyelesaikan masalah. Dan kemudian kata – kata yang terjalin, kalimat – kalimat yang dilontarkan adalah kalimat indah memuji Allah SWT, yang damai, yang sabar yang penuh ketenangan. Aamiin.

Salam Damai, maafkan kalau ada kata – kata saya yang kurang berkenan.

Kharina Dhewayani.

 

 

 

About kharinadhewayani

I am just an ordinary woman who wants to share her mind and her dreams to the world.
This entry was posted in Uncategorized. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s