Almamater – antara cinta dan cinta buta.

Kemarin, orang terdekat saya, memberikan “feedback” yang cukup keras, menurut beliau, saya itu terlalu membangga banggakan almamater saya, tempat saya kuliah dulu. Sedangkan menurut saya, saya itu bukan membangga-banggakan, tapi saya sayang sama almamater saya. Karena kalau tidak ada model sekolah seperti almamater saya, yang kuliah nya gratis, malah dapat uang saku, plus ketika lulus saya sudah dapat pekerjaan,mungkin saya tidak pernah merasakan bangku kuliah dan mungkin saya tidak bisa meraih apa yang saya dapatkan saat ini.

Mungkin kemudian, kecintaan saya terhadap almamater saya, dilihat lain oleh orang lain. Jadi berkesan saya terlalu membangga – banggakan, dalam pengertian yang negatif.

Kemudian tadi pagi, saya menghadiri reuni angkatan tertua dari almamater saya, dimana angkatan yang paling muda yang hadir di sana saja, mulai kuliah pada tahun 1967, di mana pada saat itu saya juga belum lahir ke dunia hahhahahahahaa.

Kemudian saya melihat bagaimana mereka berinteraksi satu sama lain. Saya melihat wajah – wajah yang ceria, walaupun saya juga tidak jarang mendengar nada sedih terselip di kata – kata mereka, ketika mereka menyadari bahwa sudah banyak  di antara teman – teman seangkatan mereka, sudah terlebih dahulu kembali ke hadapan Ilahi.

Yang ada dipikiran saya saat itu adalah, apakah umur saya akan mencapai umur mereka sekarang. Apakah pada saat itu, kondisi saya sehat seperti mereka? Apakah teman – teman saya, akan juga seperti mereka? Apakah kami juga akan melakukan reuni seperti mereka sekarang?

Kemudian saya teringat kembali “feedback”  yang saya terima dari orang terdekat saya,  saya melihat bagaimana reuni ini dipersiapkah oleh adik – adik angkatan kelas mereka , bukan oleh mereka sendiri. Support seperti ini terlihat “indah” di mata saya. Support semodel ini yang sering sekali saya lihat di ikatan alumni saya. Karena itu rasa sayang saya terhadap almamater saya semakin besar.

Dan karena itu, saya senang sekali menceritakan tentang almamater saya ini, saya senang sekali bisa menjadi bagian dari ikatan alumni almamater saya, Apalagi kemudian saya juga bisa mendedikasikan sedikit waktu saya untuk ikatan alumni saya, dimana efek sampingnya saya mempunyai kesempatan untuk mengenal alumni – alumni almamater saya, yang telah menduduki jabatan tinggi di beberapa kementerian, bahkan di lembaga eksekutif dan yudikatif di negara ini, dan juga di perusahaan – perusahaan besar di Inonesia, bahkan menjadi orang yang terkenal di seluruh Indonesia.

Sebenarnya yang membuat saya senang, bukan karena saya bisa mengenal mereka. Tapi karena saya bisa banyak belajar dari kebanyakan mereka, tentang bagaimana kerja keras mereka untuk mencapai kedudukan dan prestasi yang mereka peroleh, bagaimana mereka tetap rendah hati, bagaimana mereka tetap mau berbagi ilmu dengan adik – adiknya, bagaimana mereka tetap mau memberikan waktunya yang sangat sedikit itu untuk almamaternya. Dan yang paling membuat saya senang karena saya bisa belajar, bagaimana mereka menghargai orang – orang yang mendukung mereka, tidak dengan uang, tetapi justru nilainya tidak terhingga.

Pelajaran – pelajaran seperti ini tidak akan pernah saya dapat dari dunia pendidikan, tidak akan pernah saya dapat dari workshop – workshop maupun training – training, dan terutama tidak akan pernah saya dapat dari Mr. Google.

Jadi menurut saya wajar saja kalau saya menyayangi almamater saya. Karena tanpa adanya almamater saya, mungkin saya tidak akan bertemu senior -senior seperti mereka ini.

Kemudian karena saya sering sekali membicarakan tentang almamater saya ini, membuat saya terlihat seperti “membabi buta” mencintai almamater saya ini. Saya pikir, saya tidak  “sebuta” itu juga. Saya sering juga mengkritik, berdebat  dan beradu argumentasi dengan alumni – alumni dari almamater saya. Dan sayangnya hal – hal ini tidak atau bahkan jarang sekali saya ceritakan kepada orang lain yang bukan alumni dari almamater saya, karena saya pikir, biarlah orang lain di luar lingkungan almamater saya, tidak tau apa yang terjadi di dalam lingkungan almamater saya, tetap tinggal di sana.

Jadi bagaimana dengan anda? Apakah anda merasa seperti apa yang saya rasakan tentang almamater anda?

Salam hangat

 

 

 

About kharinadhewayani

I am just an ordinary woman who wants to share her mind and her dreams to the world.
This entry was posted in Indonesia, masyarakat, STAN, teman, trend/gaya hidup, Uncategorized, whatsapp. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s