Kamu adalah apa yang kamu pikirkan.

Beberapa minggu lalu saya berkenalan dengan satu orang, yang menurut saya aneh, karena belum apa apa sudah menyatakan bahwa dia adalah manusia yang gagal dan karenanya banyak orang yang tidak mau berteman dengan dia.

Kemudian saya tanyakan kembali sambil bercanda, pasti kamu juga mikir kalau semua perempuan menok kamu karena kamu gagal?. Kemudian orang tersebut, terlihat terkejut dan bertanya kenapa saya tau. Mungkin beliau berasumsi kalau saya adalah cenayang, ahli meramal orang.

Padahal jawabannya mudah sekali, kalau belum apa – apa, baru berkenalan sudah mengeluarkan “pendapat negatif” tentang diri sendiri, tentu saja itu tidak akan membawa rasa nyaman kepada lawan bicara nya. Dan wajar ajah kalau banyak perempuan akan menolak, siapa juga yang mau menjalin “hubungan” yang romantis dengan orang yang gagal. Apalagi itu diucapkan ketika pertama bertemu.

Saya tidak menyarankan untuk berbohong, dengan mengatakan kalau dia berhasil. Tidak sama sekali. Tapi untuk apa menyatakan diri gagal di depan orang – orang yang kenal saja belum, menurut saya itu aneh.

Mana ada sih orang yang merasa nyaman kalau ada kenalan baru nya, yang baru saja lima menit berkenalan, kemudian langsung mengeluhkan kegagalannya. Kecuali orang tersebut adalah orang yang mau membeli jasa coaching kepada kita 🙂 Atau merupakan klien baru untuk seorang psikolog/.

Nah kalau begini nih, sebenarnya siapa yang membuat orang lain tidak mau berteman atau yang membuat perempuan – perempuan tersebu menolak ?

Dan kemudian karena alam bawah sadar selalu mengatakan kalau dia adalah orang yang gagal, maka kemudian kalau ada peluang – peluang baru yang mau akan dia kerjakan, yang terjadi adalah pasti gagal.

Karena alam bawah sadar ini lah yang sebenarnya mengatur apapun yg kita lakukan dan apapun yang kita percayai. Misalnya ini, kalau kita mengatakan jangan jatuh – jangan jatuh – yang biasanya terjadi adalah ya jatuh. Perkataan jatuh itu yang membuat kaki kita kemudian secara otomatis memilih langkah yang tidak seimbang yang membuat kita jatuh. Kenapa yang dibacanya jatuh – karena alam bawah sadar itu hanya membaca 1 kata yang berupa tindakan.

Masih enggak percaya? Begini misalnya kita makan deh, kan secara otomatis karena didikan dari kecil, proses untuk kita makan itu sudah otomatis kita lakukan, misalnya mengambil piring, membersihkan nya dengan lap, kemudian mengambil makanan, kemudian memasukkan makanan ke mulut, kemudian mengunyah, dan makanan ygan masuk itu kemudian akan ditelan. Apakah langkah – langkah itu kita sadari? tentu tidak, karena alam bawah sadar itu yang melakukannya. Itu sudah terbentuk dari kecil tanpa kita sadari, karenanya banyak orang ya cara makannya tergantung dari pola keluarganya. Ada yang makannya cepat , ada yang makannya pelan pelan, ada yang makan sambil mengeluarkan suara, ada yang tidak bisa berbicara ketika makan.

Kalau pengalaman pribadi saya, yang paling mengena adalah pengalaman merasa diri jelek. Karena pikiran saya merasa diri saya jelek, jadi kalau melihat di kaca, saya tidak perduli itu dandan saya bagaimana, toh saya sudah jelek. Saya tidak percaya kalau ada produk produk perawatan kulit yang bisa menjaga kulit saya, karena sekali lagi toh saya jelek.

Suatu saat, kakak saya bicara ke saya tentang konsep jelek / cantik ini. Beliau bilang begini, “kalau kamu merasa jelek, kamu tidak punya keinginan untuk memperbaiki diri, karena kamu toh sudah jelek. Tapi kalau kamu mau meluangkan waktu sedikit untuk selalu bicara di kaca, kalau kamu cantik – terus ketika kamu lihat di kaca kamu terlihat jelek, maka kamu akan mencari cara untuk membuat nya terlihat cantik – misalnya memakan produk perawatan kulit yang bagus, atau ke dokter kulit. Atau belajar memakai make up. Karena kamu pasti tidak terima dong wajah kamu yg menurut kamu cantik itu terlihat jelek.

Dan benar, konsep ini lumayan berhasil untuk saya. Kalau mengikuti perkembangan saya dari waktu ke waktu, pasti bisa melihat bagaimana perubahan saya dari mulai saya masih muda mudanya sampai ke sekarang. Saya malah merasa semakin saya berumur, saya semakin merasa cantik. Karena kalau ada sedikit saja masalah di kulit saya, atau ketika potongan rambut saya kurang oke – maka saya akan mencari cara bagaimana saya yang cantik ini tidak terlihat jelek.

Pengalaman lain? Karena dari kecil menurut ibu saya, saya adalah anak yang pintar, walaupun pada saat itu ibu saya belum memeriksakan test IQ saya, tapi saya jadi merasa, apapun yang saya mau saya bisa pelajari. Karena sekali lagi, saya merasa pintar. Itu yang selalu saya katakan kepada diri saya.

Jadi di alam bawah sadar pikiran saya, kalau ada pelajaran baru – saya pasti bisa, karena saya itu pintar. Kalau tidak bisa, saya akan mati – matian belajar, karena seharusnya saya bisa. Sebab? Saya pintar hahahhahhahhahaaha

Jadilah ya sampai saat ini ketika teman – teman seumuran saya sudah tidak banyak yang bisa kecanggihan teknologi dengan misalnya dengan membuat flyer menggunakan canva (sorry harus menyebutkan merk hahahahhaaha), saya dengan mudah nya bisa belajar menggunakannya. Karena sekali lagi saya pintar.

Oh saya jadi ingat yang begini – begini, orang – orang tuanya menyebutnya “sugesti”.

Jadi yuk kita bareng bareng memeriksa pikiran – pikiran yang negatif tentang diri kita sendiri. Karena mungkin saja itu yang membuat kita terhalang mendapatkan apa yang kita mau. Toh enggak ada salahnya kan.

Misalnya saya selalu gagal, saya jelek, saya bodoh, saya miskin, semua orang pasti menolak saya, saya galak (ini yang perlu banget saya rubah hahahahahhaha), dll.

Salam sayang

Posted in 'wish', doa, harapan, inspirasi, manusia, menghargai, sempurna, sikap | Leave a comment

Human Design – Desain Manusia

Semalam sampai tadi pagi saya lagi senang – senang nya membaca tentang “Human Design” yand ditulis oleh “Karen Cury”. Menarik sekali karena, ternyata hari kelahiran, dimana dilahirkan nama itu semua kemudian membentuk/mendisain diri manusia. Itu yang menyebabkan setiap manusia itu unik dan berbeda satu sama lainnya. Dan itu juga yang menyebabkan manusia itumempunyai kesamaan satu dengan yang lainnya.

Dari dulu saya selalu percaya, kalau Tuhan pasti punya perhitungan matematis yang hebat banget. Saya selalu percaya apapun yang Beliau ciptakan pasti penuh dengan perhitungan matematis yang luar biasa canggih. Kebayang kan bagaimana senangnya saya ketika saya menemukan buku tentang “Human Design” ini?

Saya belajar banyak tentang diri saya. Tentang apa yang menyebabkan kegagalan saya, keberhasilan saya, kesenangan saya terhadap semua yang berbau seni, kemampuan saya untuk tidak berbicara berjam – jam bahkan berhari – hari dengan siapapun, kemampuan saya untuk fokus melakukan sesuatu berjam – berjam, termasuk kecintaan saya melihat dan memfoto alam dan binatang – binatang.

Bahkan saya juga mengerti darimana sebenarnya ketakutan saya, ditinggalkan oleh orang lain. Mengapa saya bisa melakukan banyak hal yang bahkan tidak saya sukai, agar orang lain tidak meninggalkan saya. Dan mengapa orang – orang lain tetap meninggalkan saya walaupun saya sudah merasa memberikan segalanya, sudah merasa saya melakukan apapun yang membuat mereka bahagia.

Saya juga jadi mengerti, kenapa saya lebih berhasil untuk melakukan sesuatu apabila permintaan tersebut dari orang lain, bukan dari saya yang berniat melakukannya. Saya juga jadi mengerti mengapa sering sekali saya tiba – tiba mendapatkan apa yang saya pikirkan sebelumnya.

Saya memang sedang tertarik untuk mempelajari tentang manusia, mempelajari tentang mengapa dua manusia yang berbeda akan bereaksi yang berbeda terhadap masalah / kejadian yang sama. Mengapa satu manusia bisa berhasil dan yang satunya tidak bisa, walaupun semuanya tentang mereka sama (latar belakang keluarga, pendidikan, suku, bahasa).

Karena saya adalah seseorang yang selalu menarik sesuatu dari hal – hal yang logis yang bisa dinalar oleh pikiran saya seperti perhitungan matematis (yup …. saya selalu bilang, saya itu orang yang “aneh” – I am kind of weird and silly person”), kadang – kadang apa yang diajarkan oleh pelatihan tentang kesadaran diri – self awareness, tentang kepemimpinan – leadership, tentang pelatihan dan pengajaran – coaching and mentoring, tidak bisa langsung bisa saya nalar. Itu juga sebabnya mengapa segala motivator tidak bisa bisa saya terima, atau segala sesuatu yang sering sekali yang memaksakan agar seseorang berbahagia setiap saat. Atau melarang seseorang untuk menampilkan emosinya.

Di dalam buku ini, juga diajarkan apa yang sebaiknya saya lakukan, apa yang sebaiknya saya mengerti. Bukan karena saya ingin menjadi manusia yang baik, tapi agar saya bisa tetap mencintai diri saya, agar saya tidak terlalu banyak menyakiti hati orang – orang yang saya sayangi dan yang paling utama agar saya bisa menjadi berkat untuk orang lain.

Yang ingin belajar tentang ini, yuk belajar bersama saya.

Salam sayang

Posted in Desain Manusia, Human Design, kepribadian, manusia, masyarakat, sempurna, sikap, tidak sempurna, Uncategorized | Leave a comment

Almamater – antara cinta dan cinta buta.

Kemarin, orang terdekat saya, memberikan “feedback” yang cukup keras, menurut beliau, saya itu terlalu membangga banggakan almamater saya, tempat saya kuliah dulu. Sedangkan menurut saya, saya itu bukan membangga-banggakan, tapi saya sayang sama almamater saya. Karena kalau tidak ada model sekolah seperti almamater saya, yang kuliah nya gratis, malah dapat uang saku, plus ketika lulus saya sudah dapat pekerjaan,mungkin saya tidak pernah merasakan bangku kuliah dan mungkin saya tidak bisa meraih apa yang saya dapatkan saat ini.

Mungkin kemudian, kecintaan saya terhadap almamater saya, dilihat lain oleh orang lain. Jadi berkesan saya terlalu membangga – banggakan, dalam pengertian yang negatif.

Kemudian tadi pagi, saya menghadiri reuni angkatan tertua dari almamater saya, dimana angkatan yang paling muda yang hadir di sana saja, mulai kuliah pada tahun 1967, di mana pada saat itu saya juga belum lahir ke dunia hahhahahahahaa.

Kemudian saya melihat bagaimana mereka berinteraksi satu sama lain. Saya melihat wajah – wajah yang ceria, walaupun saya juga tidak jarang mendengar nada sedih terselip di kata – kata mereka, ketika mereka menyadari bahwa sudah banyak  di antara teman – teman seangkatan mereka, sudah terlebih dahulu kembali ke hadapan Ilahi.

Yang ada dipikiran saya saat itu adalah, apakah umur saya akan mencapai umur mereka sekarang. Apakah pada saat itu, kondisi saya sehat seperti mereka? Apakah teman – teman saya, akan juga seperti mereka? Apakah kami juga akan melakukan reuni seperti mereka sekarang?

Kemudian saya teringat kembali “feedback”  yang saya terima dari orang terdekat saya,  saya melihat bagaimana reuni ini dipersiapkah oleh adik – adik angkatan kelas mereka , bukan oleh mereka sendiri. Support seperti ini terlihat “indah” di mata saya. Support semodel ini yang sering sekali saya lihat di ikatan alumni saya. Karena itu rasa sayang saya terhadap almamater saya semakin besar.

Dan karena itu, saya senang sekali menceritakan tentang almamater saya ini, saya senang sekali bisa menjadi bagian dari ikatan alumni almamater saya, Apalagi kemudian saya juga bisa mendedikasikan sedikit waktu saya untuk ikatan alumni saya, dimana efek sampingnya saya mempunyai kesempatan untuk mengenal alumni – alumni almamater saya, yang telah menduduki jabatan tinggi di beberapa kementerian, bahkan di lembaga eksekutif dan yudikatif di negara ini, dan juga di perusahaan – perusahaan besar di Inonesia, bahkan menjadi orang yang terkenal di seluruh Indonesia.

Sebenarnya yang membuat saya senang, bukan karena saya bisa mengenal mereka. Tapi karena saya bisa banyak belajar dari kebanyakan mereka, tentang bagaimana kerja keras mereka untuk mencapai kedudukan dan prestasi yang mereka peroleh, bagaimana mereka tetap rendah hati, bagaimana mereka tetap mau berbagi ilmu dengan adik – adiknya, bagaimana mereka tetap mau memberikan waktunya yang sangat sedikit itu untuk almamaternya. Dan yang paling membuat saya senang karena saya bisa belajar, bagaimana mereka menghargai orang – orang yang mendukung mereka, tidak dengan uang, tetapi justru nilainya tidak terhingga.

Pelajaran – pelajaran seperti ini tidak akan pernah saya dapat dari dunia pendidikan, tidak akan pernah saya dapat dari workshop – workshop maupun training – training, dan terutama tidak akan pernah saya dapat dari Mr. Google.

Jadi menurut saya wajar saja kalau saya menyayangi almamater saya. Karena tanpa adanya almamater saya, mungkin saya tidak akan bertemu senior -senior seperti mereka ini.

Kemudian karena saya sering sekali membicarakan tentang almamater saya ini, membuat saya terlihat seperti “membabi buta” mencintai almamater saya ini. Saya pikir, saya tidak  “sebuta” itu juga. Saya sering juga mengkritik, berdebat  dan beradu argumentasi dengan alumni – alumni dari almamater saya. Dan sayangnya hal – hal ini tidak atau bahkan jarang sekali saya ceritakan kepada orang lain yang bukan alumni dari almamater saya, karena saya pikir, biarlah orang lain di luar lingkungan almamater saya, tidak tau apa yang terjadi di dalam lingkungan almamater saya, tetap tinggal di sana.

Jadi bagaimana dengan anda? Apakah anda merasa seperti apa yang saya rasakan tentang almamater anda?

Salam hangat

 

 

 

Posted in Indonesia, masyarakat, STAN, teman, trend/gaya hidup, Uncategorized, whatsapp | Leave a comment

Mari Kembali ke Akar Budaya- Mari Berkebaya

Salah satu yang sedang senang saya amati minggu belakangan adalah  pakaian – pakaian nasional yang dipakai oleh Bapak Jokowi. Pakaian – pakaian nasional yang dipergunakan beliau begitu indah sekali, dan membuat beliau terlihat gagah, bahkan lebih gagah dari pada ketika beliau memakai jas internasional. Yang membuat saya tertarik karena biasanya tidak ada pakaian – pakaian nasional yang dipergunakan oleh bapak – bapak pejabat selama melakukan perjalanan internasional, kecuali adanya sewaktu hari kemerdekaan RI atau kalau ada acara pernikahan dan beliau menjadi panitia atau penyelenggara acara.

Buat saya, dengan rajinnya pak Jokowi menggunakan baju – baju nasional seolah – olah mendukung niatan saya untuk menggunakan baju nasional atau tepatnya baju kebaya kemana -mana (yang berarti harus menambah budget untuk membeli kebaya hahahahhahhahaha , PS: ini bukan alasan untuk belanja yaa :). Kalau pak Jokowi – yang presiden RI, yang lelaki (yang biasanya tidak terlalu riweuh dengan baju yang dipakai) bangga dengan pakaian nasionalnya, tidak malu dianggap aneh, mengapa saya juga tidak begitu? Apalagi saya selalu bangga menjadi perempuan Indonesia.

Keinginan saya untuk menggunakan baju kebaya setiap hari itu sebenarnya karena kecemburuan saya terhadap perempuan – perempuan India, yang dimanapun berada, berani menggunakan pakaian tradisional mereka (yang disebut Saree atau dibaca Sari). Bahkan pada musim dingin sekalipun, tidak jarang saya melihat perempuan – perempuan India ini menggunakan Saree kemana – mana di Eropa di balik jaket tebal yang mereka gunakan. Mereka tidak merasa risih ataupun malu. Bahkan dengan bangganya menggunakan Saree tersebut, walaupun pemakaian Saree itu ribet banget (coba deh liat di Youtube 😊).

Selain alasan kecemburuan melihat perempuan India tersebut, menurut saya kebaya selalu berhasil membuat perempuan – perempuan terlihat seksi dan cantik, walaupun tetap sopan dan santun. Penggunaanya? Wuih, dengan kemajuan jaman seperti sekarang, semakin canggih model kebaya tersebut. Bahkan menurut saya, memakai kebaya itu sama saja seperti menggunakan baju biasa.

Nah biasanya nih, teman – teman perempuan saya, pasti langsung merasa ribet kalau harus memakai kebaya. Karena terbayang keribetan menggunakan kain sebagai bawahan/pasangan kebaya. Padahal di era modern ini, gampang banget menggunakan kebaya. Bisa menggunakan kain sarung yang sudah banyak dijadikan rok, atau dibuat seperti rok lilit. Males menggunakan rok? Bisa kok menggunakan celana panjang. Males menggunakan high heels? Bisa kok pake sepatu hak pendek / pantofel bahkan masih manis menggunakan sneakers.

Memakai kebaya menurut saya juga seperti kembali ke akar budaya. Dan menjadi menyenangkan karena kebaya di Indonesia kaya akan bentuk dan warna, yang berasal dari berbagai daerah (mulai kebaya kartini, encim, kutu baru, kebaya jawa, kebaya bali, baju bodo, baju kurung dll). Bisa dipilih sesuai kebaya yang sesuai dengan bentuk tubuh dan sesuai selera. Favorit saya sendiri sih kebaya encim atau kutu baru.

Jadi untuk perempuan – perempuan cantik Indonesia, yuk lestarikan baju nasional, yuk kembali ke akar budaya dengan menggunakan kebaya.

Salam

 

Posted in budaya, akar budaya, kebaya, perempuan berkebaya, Indonesia, Indonesia ku, masyarakat, perempuan, Uncategorized | Leave a comment