Di negara Indonesia tercinta ini, besok atau tepatnya tanggal 21 April itu masih dirayakan sebagai Hari Ibu Kita Kartini. Hari yang diperlukan sebagai momen untuk memperingati kebangkitan emansipasi perempuan di Indonesia.
Hari yang anehnya malah kebanyakkan diperingati dengan pemakaian kebaya oleh perempuan – perempuan Indonesia. Sehingga kadang – kadang saya sering berpikir, yang diperingati itu perjuangan ibu Kartini – nya atau kah kebaya sebagai bagian dari perempuan Indonesia? Apa hubungannya antara kebangkitan emansipasi perempuan dengan kebaya? Ataukah maksudnya kita harus bergaya seperti ibu Kartini, agar lebih menghayati makna hari tersebut?
Buat saya sendiri , dari mulai kecil sampai hari ini, saya adalah penentang hari Kartini. Saya tetap menolak kalau ibu Kartini harus dijadikan contoh perempuan Indonesia yang mempunyai ide – ide tentang emansipasi wanita. Sehingga dengan tidak mengurangi rasa hormat saya kepada beliau, saya tidak akan pernah mau merayakan dan mengakui tanggal 21 April itu sebagai hari peringatan untuk kebangkitan emansipasi wanita.
Walaupun begitu RA Kartini tetaplah perempuan hebat menurut saya di jamannya. Pemikiran – pemikiran brilian yang beliau tuangkan ke dalam surat – surat berbahasa Belanda yang notabene bukanlah bahasa ibunya, menujukkan kemampuan beliau untuk memikiran sesuatu yang sebenarnya tidak lazim di jamannya dalam posisinya yang hanya sebagai ibu rumah tangga, dan juga kemampuan berbahasa beliau yang mengagumkan, membuat beliau patut disejajarkan sebagai salah satu wanita yang “briliant”.
Tapi kemudian menjadi miris, ketika beliau justru tidak membagi – bagi ilmunya kepada para abdi dalem nya yang perempuan. Justru menjadi lebih miris lagi ketika beliau hanya membagi pemikirannya kepada sahabatnya yang kemudian mempublikasi kan ini kepada orang lain. Sehingga saya kemudian bertanya apakah RA Kartini akan menjadi ibu emansipasi kalau sahabatnya itu adalah saya? Seseorang yang nota bene hampir tidak pernah mau mempublikasikan surat2x yang dikirimkan teman- teman perempuan saya ^_^
Dan saya yakin kemudian ada yang bertanya apakah karena itu saya mensejajarkan RA Kartini dengan Julia Perez?
Jawabannya: sebagai seorang perempuan, saya tidak pernah mau disamakan atau disejajarkan dengan perempuan manapun di dunia itu. Karena itu tidak ada keinginan saya juga mensejajarkan RA Kartini dan Julia Perez. Kesamaan dari ke duanya adalah sama – sama perempuan Indonesia, dan keduanya cukup dikenal bagi hampir seluruh penduduk Indonesia.
Lalu kenapa saya tampilkan Julia Perez ? Karena menurut saya, kalaulah temanya adalah emansipasi, mau tidak mau, suka atau tidak suka, keinginan Jupe untuk menjadi bupati Pacitan adalah bentuk emansipasi nya.
Saya bukanlah salah satu fans Jupe dan bukan pula salah satu pendukung dari partai yang mengusungnya untuk mencalonkan diri di pilkada bupati Pacitan.
Yang ingin saya tekan kan disini adalah, dasar penolakkan yang sering saya dengar terhadap Jupe. Alasan – alasan yang menurut saya tidaklah sepatutnya saya dengar terutama dari kaum saya sendiri, yang mengaku mendukung penuh emansipasi perempuan.
Penolakkan terhadap pencalonan Jupe hanya dikarenakan baju dan penampilan nya menurut saya adalah salah satu bentuk pendiskriminsaian terhadap manusia. Penolakkan terhadap pencalonan Jupe, hanya karena latar belakang kehidupan pribadinya, juga menurut saya adalah sesuatu yang menunjukkan ketidakadilan kita terhadap sesama. Dan penolakkan pencalonan terhadap Jupe hanya karena bentuk tubuhnya, menurut saya adalah salah satu contoh paling sederhana dari ketidak mampuan kita untuk menghargai seseorang sebagaimana dia adanya.
Saya sendiri bukanlah orang yang kemudian akan memilih Jupe (seandainya saya adalah salah satu pemilih di sana), karena saya belum melihat kemampuan Jupe untuk memahami bagaimana dan apa politik itu, saya belum melihat kemampuan Jupe untuk mengatur daerahnya, saya belum melihat kemampuan manajerialnya. Dan yang saya juga belum melihat kemampuan Jupe untuk menjadi pemimpin.
Seandainya semuanya itu besok, lusa, minggu depan, sebulan lagi, setahun lagi atau kapan saja, bisa saya lihat di diri seseorang yang bernama Julia Perez, maka saya tidak akan ragu untuk memilihnya.
Salam