Sering kan ya kita mendengar perkataan : “Lahir, rejeki, jodoh dan maut itu ditangan Tuhan?”. Atau perkataan “Tuhan itu yang paling tau yang terbaik”. Atau kata- kata “jadilah kehendakMu dan bukan kehendakku”. Atau kata kata bijak “kalau Tuhan tutup satu pintu maka Beliau akan membuka pintu lain”.
Berhubungan dengan itu, sewaktu kecil dari SD sampai saya SMA, cita – cita saya menjadi seorang dokter. Saking pingin nya menjadi dokter, SMP kelas satu, saya sudah hafal nama – nama (dalam bahasa latin) setiap tulang tubuh manusia (jangan ditanya ya sekarang, sudah lupa hahhahhahaa). Saya benar – benar terobsesi sama baju putih nya dokter deh. Sampai setiap dokter cowok, saya anggap ganteng hahahhahaaha. Tetapi, jalan hidup saya berkata lain, cita – cita saya menjadi dokter itu kandas karena papa saya bangkrut.
Sedih? Ya, pasti lah. Ada hari – hari dimana saya ngerasa iri banget ngeliat teman – teman saya yang bisa kuliah kedokteran, iri liat dokter – dokter. Trus mikir, kenapa sih saya enggak bisa jadi dokter. Trus kesel banget deh sama Tuhan. Hahahahahahahha. Semakin dewasa saya, semakin saya mengerti, kalau memang jadi dokter, bukan rejeki saya. Sudah enggak sebel lagi sama Tuhan. Sudah legowolah. Walaupun teuteup ya, saya penasaran, bagaimana ya kalau saya jadi dokter. Sehebat apa ya saya. Hahahahhahahaha
Tapi tiga minggu lalu, saya jadi semakin mengerti dengan kata – kata di salah satu doa umat nasrani “Jadilah kehendakMu dan bukan kehendakku”. Mengerti kenapa ustad – ustad selalu bilang “sudah direlakan, karena Allah tau apa yang terbaik”. Hasil talent mapping, yang dilakukan salah satu konsultan HR di kantor saya, menegaskan kalau saya memang talenta nya, kemampuannya yang berhubungan dengan Finance, Treasuary, Administrator, Communicator, Journalist, Strategist,Explorer, Journalist. Enggak ada tuh yang berhubungan dengan kedokteran. Hahahahahhahhaha.
Terus saya jadi bersyukur banget saya enggak jadi dokter, enggak maksain Tuhan, pingin jadi dokter. Ikhlas (ikhlas bukan males ya), sama jalan yang dibuka Tuhan untuk saya dengan lulus STAN. Soalnya kalau saya jadi dokter, mungkin saat ini ada ratusan orang yang sekarat karena berobat ke saya. Hahahahhahhahaa. Kebayang kan ya kalau begitu.
Saya juga teringat, beberapa tahun lalu, saya hampir menikah, kemudian tidak terjadi, karena banyak hal. Sedihnya? Wuih …. banyak banget malam saya habiskan dengan menangis. Karena saya bukan saja kehilangan calon pendamping hidup, tapi yang paling berat, saya kehilangan salah satu sahabat terbaik saya. Orang yang biasanya selalu meyakinkan saya mampu, ketika saya sendiri ragu sama diri saya. Orang yang sering banget saya ceritain tentang hari – hari saya.
Tapi kemudian, ketika saya pikirkan kembali, kalau saat itu saya jadi menikah, saya mungkin tidak bisa melanjutkan kuliah S2 saya. Saya tidak bisa mengumrohkan ibu saya. Saya enggak punya networking yang bagus karena mengurus reuni akbar kampus saya. Saya tidak bisa mensupport saudara – saudara saya seperti sekarang. Atau mungkin sedang terancam bercerai lagi, karena mantan teman hidup saya yang terdahulu yang seperti psikopat mengganggu hidup saya.Hahahahahaa.
Atau mungkin, kalau saya tidak kehilangan dia – sampai sekarang saya masih ngerepotin sahabat saya itu dengan cerita-cerita enggak penting saya. Atau sampai sekarang saya tidak pernah menghargai kehadiran sahabat saya tersebut. Atau saya sampai sekarang, tidak pernah bersyukur dan berterimakasih atas apa yang perhatian dan dukungan yang dia berikan kepada saya, tidak pernah untuk mencoba berada di posisinya – yang harus mendengarkan protes – protes saya padahal dia sendiri banyak banget masalahnya.
Saya jadi mengerti apa maksud ikhlas, mengerti apapun yang kita kerjakan, apapun yang kita lakukan, kalau memang menurut Tuhan bukan yang terbaik maka hasilnya tidak akan seperti yang kita impikan. Saya jadi mengerti, harus sering – sering memperhatikan petunjuk. Karena kalau dipikir – pikir, banyak tanda yang ditunjukkan Tuhan, ketika saya sedang “jatuh’, sedang sedih, sedang marah sama Tuhan, agar saya bisa melihat “pintu” baru yang dibukakan Tuhan untuk saya. Jadi, saya enggak ‘give up’ sama hidup saya.
Jadi, sekarang di bulan baik ini, saya akan berusaha untuk selalu melihat ‘maksud’ baik Allah dengan apapun yang terjadi di kehidupan saya. Saya berusaha untuk tidak berburuk sangka dengan Allah.
Bagaimana dengan anda? Yuk berbaik sangka dan selalu percaya bahwa Tuhan akan selalu memberikan yang terbaik. Bahwa Allah, selalu punya rencana indah dibalik dari setiap cobaan yang terjadi.
Salam sayang