Sudut Pandang – Point of View (catatan menjelang 17 Agustus)

Di masa pandemi ini, yang juga sering saya amati adalah semakin banyak yang tidak bisa menerima perbedaan sudut pandang orang lain, terutama apabila sudut pandangnya berbeda. Sebenarnya ya wajar sajalah kalau antara orang yang satu berbeda sudut pandang antara pandangan yang satu dengan pandangan orang lain. Yang tidak wajar adalah ketika ada perselisihan dan kebencian karena sudut pandang yang berbeda.

Sebenarnya sih kalau sering fotografi, – swafoto (selfie) misalnya, mungkin akan tau bahwa setiap orang akan berbeda – beda cara mengambil foto baik foto dirinya sendiri ataupun foto orang lain. Perbedaan ini disebabkan karena cara sudut pandang kita melihat sesuatu. Nah, kemudian dari perbedaan itu, foto yang dihasilkan juga akan berbeda – beda penilaiannya. Menurut saya bagus, menurut orang lain ya belum tentu sama.

Ini mengingatkan saya tentang orang yang saya kenal, yang menurut sudut pandang mata saya, ganteng banget. Tetapi orang tersebut merasa dia jelek, dan menurut beliau hampir semua orang yang dia temui mengatakan dia jelek dan itu sudah berpuluh tahun begitu. Saya sendiri tidak bisa melihat sudut pandang mana yang membuat beliau terlihat jelek. Bahkan ketika di foto, menurut saya – beliau terlihat ganteng, tapi beliau sendiri keukeuh (red: keras kepala), bahwa dia jelek. Bahkan mengatakan, saya itu pingin terlihat baik dengan tidak mengatakan bahwa beliau jelek. Buat saya, bagaimana saya mengatakan sesuatu yg menurut saya ganteng – saya katakan jelek? Karena itu yang terlihat dari sudut mata saya.

Apakah saya tidak menerima pandangan beliau dan orang lain yang sependapat dengan beliau? Ya tentu tidak, walaupun sulit buat saya menerimanya, karena saya tidak melihat sisi jelek itu. Saya memutar – mutar sudut pandang saya, tetap saja terlihat ganteng. Ini mungkin juga sulit untuk orang lain menerima sudut pandang saya, karena mereka tidak bisa melihat dari sisi saya, mengapa saya mengatakan ganteng.

Tetapi apakah saya marah karena perbedaan itu? Tentu saja tidak. Yang membuat saya marah, ketika saya dipaksa untuk menerima sudut pandang orang lain. Ketika saya diharuskan mengubah pikiran saya tentang sudut pandang saya, karena itu tidak sesuai dengan apa yang saya pikirkan. Begitu pula menurut sebaliknya, pasti lah orang lain akan sebal apabila saya memaksakan pendapat saya tersebut.

Kemudian, apakah saya menerima perbedaan sudut pandang orang lain tersebut? Tentu saja saya terima, karena itu kan hak orang lain untuk berpendapat. Dan toh sebenarnya, tidak ada masalah ketika pandangan saya dan pandangan orang lain (bahkan pandangan si empunya wajah ganteng) berbeda. Hahahahhaaha. Kasarnya tidak akan ada yang mati karena kami berbeda pendapat.

Seandainya ini terjadi di hal – hal yang lain, bahwa kita sepakat untuk tidak bersepakat, atau mudah nya kita setuju untuk menerima perbedaan, mungkin tidak ada lagi kecaman – kecaman ‘haters’ di media massa yang saat ini menurut saya kata – katanya sudah sangat tidak pantas.Mungkin, tidak ada lagi orang – orang yang dengan seenaknya menghina orang lain dari mulai menghina youtubers sampai kepala negara dengan kata – kata tidak sopan.

Apakah berarti tidak boleh kritis? Tidak bebas menyatakan pendapat? Tentu saja tidak. Semua orang bebas mengeluarkan pendapatnya, semua orang bebas untuk menyatakan pikirannya. Yang menurut saya tidak boleh adalah, mengeluarkan kata – kata kasar, atau mengajak orang lain untuk membenci orang lain berbeda sudut pandangnya, membuat meme – meme penghinaan, membully, bahkan merendahkan orang lain dengan kata kata yang tidak seharusnya diucapkan. Yang paling miris malah ada yang melakukan dengan doa doa kebencian.

Perbedaan pendapat itu hanyalah karena perbedaan sudut pandang, perbedaan cara melihat sesuatu. Ini mungkin karena latar belakang keluarga, pengalaman hidup, dan lain – lain. Jadi semustinya diterima saja ketika orang lain berbeda. Toh, Tuhan juga menciptakan setiap mahluk itu berbeda satu sama lainya. Menurut saya, tidak ada manusia yang diciptakan persis serupa 100% dengan manusia lain – walaupun kembar identik sekalipun, pasti adalah di partikel terkecil tubuh mereka yang berbeda. Itu berarti, Tuhan sendiri menyukai adanya perbedaan. Dan menginginkan kita hidup berdampingan dengan damai bersama manusia yang lain yang berbeda sudut pandang – pemikirannya.

Tidak menyetujui itu jangan dibawa kepada pertengkaran. Perbedaan itu jangan menghidupkan kebencian. Toh sebenarnya kalau ditelusuri – kadang – kadang yang berbeda itu adalah cara memandang, sudut melihat, cara pemikiran. Objeknya ya tetap sama, kalau kasus saya – objeknya wajah orang yang menurut saya ganteng hahahahhaaaha. Jadi untuk apa bertengkar karena itu?

Saya menulis ini sebenarnya karena saya merindukan sekali Indonesia yang seperti saya kecil dahulu, yang selalu menekankan “tepo seliro” – tenggang rasa, menghormati pemikiran – pemikiran orang lain. Yang mengajarkan untuk menerima perbedaan. Berbeda – beda tapi tetap satu (diversity in unity). Jadi yukkkk menjelang 17 Agustus ini, kita kembalikan Indonesia seperti Indonesia yang dahulu. Di mana jaman dahulu Indonesia terkenal dengan bangsa yang ramah. Toh banyak cara untuk mengkritisi tapi dengan cara yang sopan.

Salam damai

About kharinadhewayani

I am just an ordinary woman who wants to share her mind and her dreams to the world.
This entry was posted in Uncategorized and tagged . Bookmark the permalink.

1 Response to Sudut Pandang – Point of View (catatan menjelang 17 Agustus)

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s